Persaingan Bank Digital di RI Makin Seru, Siapa Jadi Jawara?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 February 2021 08:25
Gojek (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Gojek (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Tidak hanya perbankan dan korporasi besar saja yang melirik prospek bisni perbankan digital, perusahaan-perusahaan rintisan (start up) pun ikut mengakuisisi bank untuk dijadikan bank digital.

Pada Maret 2019 start up pinjaman online (fintech) Akulaku melalui PT Akulaku Silvrr Indonesia mengambil alih 5,2% kepemilikan saham PT Gozco Capital di PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB). Dalam private placement yang terjadi akhir Maret 2019, Akulaku menambah kepemilikan sahamnya di BBYB sebesar 8,29% 

Kepemilikan saham grup fintech asal China tersebut di BBYB terus bertambah seiring dengan tergerusnya porsi kepemilikan PT Gozco Capital dan PT ASABRI (Persero). Kini total kepemillikan saham Akulaku di BBYB menjadi 24,98%. Di bawah kendali Akulaku, BBYB berganti nama menjadi Bank Neo Commerce. 

Start up lain yang juga mengakuisisi bank adalah Gojek. Lewat unit bisnis keuangannya GoPay, start up decacorn (bervaluasi US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun) tersebut mengakuisisi 22% saham Bank Jago dengan nilai transaksi sebesar Rp 2,25 triliun pada Desember tahun lalu. 

Masuknya Gojek ke Bank Jago membuat harga sahamnya yang sudah melesat tajam semakin terbang. Sejak diakuisisi oleh investor Gojek dan mantan bos BTPN, nilai kapitalisasi pasar ARTO naik sampai ribuan persen dan membuat Jerry Ng masuk ke dalam jajaran 50 orang terkaya di RI versi majalah Forbes. 

Para start up, perbankan maupun korporasi keuangan tersebut sedang berlomba-lomba untuk membangun ekosistemnya. Akulaku yang mengakuisisi BBYB untuk diintegrasikan dengan model bisnis fintech-nya, mengingat model bisnis pinjaman online di Tanah Air masih membutuhkan peran perbankan. 

Hal serupa juga akan dilakukan Gojek. Lewat akuisisi ARTO rencananya Gojek akan semakin mematangkan ekosistem digital yang sudah dibangunnya selama 10 tahun di sektor keuangan (GoPay) maupun unit bisnis lainnya.

CT Corp lewat Mega Corpora juga tak mau ketinggalan untuk semakin memantapkan ekosistem bisnisnya yang sudah menggurita. Adanya bank digital akan semakin mendukung lini bisnis orang terkaya ke-9 di RI versi Forbes itu terutama untuk sektor konsumennya yang terdiri dari perusahaan keuangan, jaringan pusat perbelanjaan hingga travel dan hotel.

Sementara itu bagi perbankan seperti BBCA, BTPN, BDMN, BNLI dan segenap pemain lainnya praktik bank digital menjadi prioritas utama agar tetap relevan dengan permintaan serta kebutuhan nasabah serta untuk semakin memperkuat posisinya di tengah era persaingan yang ketat.

Ke depan waja-wajah baru pemain bank digital masih akan terus bermunculan. Berbagai bank yang ingin mewujudkan ambisinya untuk menjadi bank digital akan memanfaatkan pasar modal untuk mendapatkan tambahan modal.

Pada awal tahun 2020, Bank Amar resmi melepas 1,2 miliar sahamnya ke publik melalui penawaran perdana (IPO) dengan nilai Rp 174/lembar. Melalui IPO tersebut PT Bank Amar Tbk (AMAR) berhasil meraih dana segar senilai Rp 209 miliar. 

Nama Bank Amar sebagai pemain di industri bank digital juga sudah tidak asing. Dalam beberapa tahun terakhir AMAR sibuk bertransformasi menjadi bank digital terutama dengan layanan unggulannya yaitu Tunaiku yang berusaha untuk menyasar segmen yang belum dilayani oleh lembaga keuangan formal (underserved segment).

Terbaru ada PT Bank Net Syariah Tbk (BANK) yang melantai di bursa saham RI. Baru dua hari melantai di bursa harga saham BANK tembus auto reject atas (ARA). Bank yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh PT NTI Global ini berhasil meraup dana segar lebih dari Rp 500 miliar. 

Dengan target yang sama yaitu komunitas masyarakat yang belum tersentuh layanan finansial BANK akan menyasar segmen syariah yang juga memiliki prospek cerah ke depan mengingat Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia.

Lanskap kompetisi bank digital akan semakin seru. Aksi caplok mencaplok bank oleh perusahaan rintisan diperkirakan masih akan terjadi.

Berdasarkan rumor yang beredar di kalangan pelaku pasar induk usaha perusahaan e-commerce Shopee yaitu Sea Group akan mencaplok salah satu bank di Indonesia.

Melansir Straits Times, perusahaan yang berbasis di Singapura tersebut akan mengakuisisi Bank Kesejahteraan Ekonomi dan satu bank lain yang akan dimerger dan menjadi bank digital untuk melayani konsumen Shopee.

(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular