IHSG Jungkir Balik Lagi, Rupiah Ikutan Melemah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 February 2021 16:08
Karyawan menunjukkan pecahan uang dollar di salah satu tempat penukaran uang di kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jumat (16/3/2018). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Selasa (2/2/2021). Dolar AS saat ini sedang menjadi favorit pelaku pasar sebab aset-aset berisiko sedang tidak stabil.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,07% ke Rp 14.020/US$. Rupiah kemudian naik turun tipis di rentang Rp 14.010/US$ sampai Rp 14.040/US$. Tetapi mayoritas dihabiskan di level Rp 14.020/US$, bahkan hingga penutupan perdagangan hari ini.

Di Asia, mata uang utama bergerak bervariasi, selain rupiah ada yang beberapa melemah. Hingga pukul 15:08 WIB, ringgit Malaysia menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,1%. Sementara rupee India menjadi yang terbaik dengan penguatan 0,22%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Dolar AS untuk sementara ini menjadi buruan pelaku pasar sebab bursa saham global merosot pada pekan lalu. Meski berhasil menguat kemarin, tetapi masih belum cukup meyakinkan pelaku pasar apakah penguatan tersebut mampu dipertahankan. Apalagi salah satu pemicu gejolak yang terjadi adalah aksi spekulasi investor ritel.

Bursa saham AS (Wall Street) pada pekan lalu menjadi kinerja terburuk sejak Oktober 2020 lalu. Ketika kiblat bursa saham dunia rontok, bursa saham lainnya tentu akan mengekor.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun belum mampu melanjutkan penguatan pada hari ini, setelah meroket 3,5% Senin kemarin, setelah ambrol lebih dari 7% sepanjang pekan lalu.

Di awal perdagangan hari ini, IHSG sempat melesat 1,5%, tetapi perlahan masuk ke zona merah, dan kembali melemah 0,39% di penutupan pasar. Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih lebih dari Rp 500 miliar.

IHGS yang masih jungkir balik menunjukkan sentimen pelaku pasar belum terlalu bagus. Alhasil, dolar yang menyandang status aman (safe haven) menjadi pilihan investasi.


Meski demikian, pelemahan rupiah juga tidak terlalu besar, bahkan rentang pergerakan hari ini terbilang lebih sempit dari biasanya. Sebab rupiah juga punya tenaga untuk menguat dari rilis data manufaktur Indonesia.

IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia periode Januari 2021 sebesar 52,2. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,3.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau sudah di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang memasuki masa ekspansi.

"Sektor manufaktur Indonesia masih berada di jalur pemulihan pada awal 2021. Produksi industri dan pesanan baru (new orders) meningkat ke posisi tertinggi. Tren ini akan mendorong kepercayaan diri pelaku usaha," kata Andrew Harker, Economics Director IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Yang bagus dari ekspansi tersebut adalah terjadi saat berlangsung Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

PPKM di Jawa dan Bali berlangsung sejak 11 Januari lalu hingga 8 Februari mendatang. Hal tersebut dikhawatirkan akan memperlambat pemulihan ekonomi Indonesia, sebab kegiatan masyarakat banyak yang dibatasi.

Tetapi nyatanya sektor manufaktur Indonesia justru semakin berekspansi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular