OPEC+ Bikin Kejutan, Harga Minyak Naik 1%

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 February 2021 10:37
L/R
Mr Andris Piebalgs European Commissioner for Energy
HE Caimoto Duarte Ambassador of Portugal to Austria
HE Michael Glos President of the EU Energy Council and Federal Miniser of Economics and Technology of Germany
HE Mohamed Bin Dhaen Al Hamli President of the Conference Minister of Energy United Arab Emirtes
HE Dr Chakib Khelil Minister of Energy and Mines Algeria
HE Abdalla Salem El-Badri Secretary General
Foto: Opec.org

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak dan koleganya yang dikenal dengan sebutan OPEC+ memegang teguh komitmen pemangkasan produksi minyaknya. Hal ini membuat harga si emas hitam naik lebih dari 1% pada perdagangan hari ini, Selasa (2/2/2022).

Pada 10.00 WIB harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah Brent naik 1,06% ke US$ 56,95/barel. Di saat yang sama harga kontrak West Texas Intermediate (WTI) yang aktif ditransaksikan mengalami apresiasi 1,16% ke US$ 54,17/barel.


Produksi minyak mentah OPEC mengalami peningkatan di bulan Januari.  Mengacu pada survei Reuters, output OPEC di bulan pertama tahun 2021 tercatat mencapai 25,75 juta barel per hari (bph) atau naik 160.000 bph dari Desember. 

Produksi Rusia meningkat pada bulan Januari tetapi sejalan dengan kesepakatan pengurangan produksi. Sementara untuk Kazakhstan, volume output minyak justru turun. Kedua negara tersebut adalah anggota kelompok OPEC+ yang terikat pada pakta penurunan produksi minyak.

Produksi kondensat minyak dan gas Rusia naik 120.000 bph menjadi 10,16 juta bph pada Januari dari Desember. Kazakhstan memangkas produksi minyaknya sebesar 2% pada Januari dari bulan sebelumnya karena pemadaman listrik.

Sebelum menguat, harga minyak cenderung galau belakangan ini. Pasar masih diwarnai dengan tarik ulur prospek pemulihan ekonomi tetapi juga ancaman pandemi Covid-19 yang makin merajalela.

Dalam laporan terbarunya, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi dunia pada 2020 tumbuh -3,5%. Lebih baik ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu -4,4%. Untuk 2021, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tumbuh 5,5%. Lebih tinggi perkiraan sebelumnya yang sebesar 5,2%.

Ekonomi yang membaik tentu ditandai dengan meningkatnya permintaan energi. Prospek pemulihan ekonomi dunia membuat ekspektasi peningkatan permintaan energi terpupuk. Alhasil harga minyak merangkak naik di awal tahun.

Pemangkasan produksi Arab Saudi sebesar 1 juta barel per hari (bph) mulai Februari dan Maret nanti secara sukarela juga membuat harga minyak terdongkrak. Program vaksinasi Covid-19 secara masal di berbagai negara juga memberikan katalis positif untuk harga minyak.

Namun di saat yang sama ekonomi global harus kembali bergelut dengan kenaikan kasus infeksi Covid-19. Kasus Covid-19 global sudah tembus 100 juta orang. Maraknya lockdown membuat prospek pemulihan pun menjadi suram. Hal inilah yang membuat harga minyak susah terangkat lebih jauh.

Dalam survei yang digelar Reuters pada Desember 2020, 39 ekonom dan analis yang menjadi responden memperkirakan rata-rata harga minyak jenis brent tahun ini sebesar US$ 50,67/barel. Naik dibandingkan angka perkiraan bulan sebelumnya yaitu US$ 49,35/barel.

Sedangkan rata-rata harga minyak jenis light sweet sepanjang 2021 diperkirakan US$ 47,45/barel. Lebih tinggi ketimbang survei sebulan sebelumnya yang memperkirakan di US$ 46,4/barel.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun Harga Minyak Naik, tapi Ada Kabar Buruk dari OPEC

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular