Ritel Jadi Market Maker Gegara GME, Harga Perak To the Moon!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 February 2021 07:54
GameStop. Ist
Foto: GameStop. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama ini investor individu (ritel) dipandang sebelah mata. Namun ada fenomena yang menarik belakangan ini. Trader dan investor ritel mulai menunjukkan taringnya di pasar.

Kini kekuatan baru para ritel telah menjelma menjadi market maker. Bukan hanya saham saja yang harganya ditarik ke atas tetapi juga logam mulia perak.

Berawal dari aksi short selling atau transaksi jual kosong (menjual saham yang belum dimiliki) yang dilakukan oleh para bandar (hedge funds managers) di Wall Street terhadap saham GameStop (GME), para trader yang tergabung dalam forum Reddit WallStreetBets kompak melakukan aksi perlawanan. 

Sebagai informasi, short selling merupakan kebalikan dari strategi long. Investor atau trader yang melakukan aksi ini tak memiliki aset. Namun mereka meminjam dari orang lain melalui jasa atau layanan broker dengan niat untuk menjualnya ke pasar. 

Aksi jual yang masif diharapkan bisa membuat harga jatuh. Ketika harga suatu aset jatuh, para bandar ini akan menampungnya dan mengembalikan aset yang dipinjam ke si pemilik. Selisih harga jual dan beli akan menjadi keuntungan bagi para bandar. Secara sederhana, begitulah short selling.

Apabila beruntung seorang short seller akan mendapatkan keuntungan yang besar. Namun ketika harga aset yang dijual tadi malah melesat, maka kerugian yang diderita pun bisa sangatlah besar. Mau tidak mau bandar yang pasang posisi harus segera menutupnya (short squeeze) untuk menghindari kerugian yang masif

Aksi beli masal saham GME oleh para trader ritel ternyata mampu membuat sahamnya meroket. Melvin Capital salah satu bandar yang melakukan shorting terhadap saham tersebut dilaporkan menderita kerugian lebih dari 50% di bulan Januari.

Seolah tak puas setelah menumbangkan bandar di pasar saham, para trader ritel ini pindah lapak. Kini mereka beralih ke aset komoditas. Targetnya sekarang adalah perak. Tagar #Silversqueeze pun menjadi viral di jagad media sosial twitter.

Aksi spekulasi besar-besaran para ritel ini ternyata juga mampu membuat harga logam mulia ini terbang. Dalam sepekan harga perak di pasar spot telah naik 13%. Harga perak sudah kian mendekati level psikologis US$ 30.

Namun pada perdagangan hari ini, Selasa (2/2/2021) harga perak mengalami koreksi 1,66% ke US$ 28,5. Penguatan greenback menjadi pemicu tertekannya harga perak. 

Akhir pekan lalu, iShares Silver Trust yang merupakan reksa dana yang diperdagangkan dengan underlying aset perak mendapatkan inflow dana sebesar US$ 1 miliar dalam sehari. Tentu saja ini membuat harganya mengalami apresiasi. 

Bak lagu band rock Tanah Air Superman is Dead, "Kuat Kita Bersinar", ritel yang kompak sedang menunjukkan tajinya. Kekuatan para ritel sekarang tidak bisa lagi dianggap remeh.

Berbeda dengan GME yang kapitalisasi pasarnya hanya miliaran dolar AS, nilai pasar aset berupa perak mencapai lebih dari US$ 1,4 triliun. Kenaikan tajam harga aset ini mendapat perhatian serius dari para analis maupun perilaku pasar lain.

Salah satunya adalah Hussein Sayed selaku Kepala Strategi Pasar FXTM. Dalam wawancaranya dengan Kitco Sayed mengatakan bahwa tren ini masih mungkin terjadi dalam waktu dekat. Namun jika fenomena ini terus berlangsung maka akan sangat mempengaruhi harga dan valuasi aset lain. 

Dampaknya akan sangat besar terutama bagi mereka yang baru mengikuti euforia dan membeli aset-aset ini di harga pucuk. Kerugian yang diderita pun tidak main-main. Setidaknya inilah yang diwanti-wanti oleh banyak pihak.

Terlepas dari itu, kebijakan bank sentral global yang ultra-longgar dengan suku bunga rendah serta cetak uang melalui QE dinilai telah memicu terjadinya spekulasi di pasar.

Adanya ancaman inflasi yang tinggi akibat likuiditas atau pasokan uang yang berlimpah membuat para spekulan mencari aset-aset yang bisa memberikan perlindungan dari fenomena devaluasi nilai tukar tersebut. Beberapa aset tersebut di antaranya adalah saham, cryptocurrency hingga logam mulia seperti emas dan juga perak.

Tren kenaikan harga berbagai aset dalam waktu singkat menjadi warning keras bagi pelaku pasar bahwa fenomena bubble seolah terjadi di mana saja. Ketika waktunya datang, gelembung ini akan pecah dan bisa memicu terjadinya crash di pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengangguran AS Bagus tapi Perak Loyo, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular