Inflasi Indonesia Melambat, Harga SBN Kembali Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
01 February 2021 18:26
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Senin (1/2/2021) kembali ditutup menguat. Mayoritas SBN hari ini ramai dikoleksi oleh investor, kecuali SBN dengan seri FR0039 bertenor 3 tahun yang cenderung dilepas oleh investor.

Dari imbal hasilnya (yield), hampir seluruh SBN mengalami penurunan yield. Namun tidak untuk SBN berseri FR0039, di mana yield SBN seri tersebut naik 0,5 basis poin (bps) ke level 4,71%. Sementara itu, yield SBN berseri FR0082 dengan jatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara turun 4,4 bps ke 6,24%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Harga SBN kembali menguat setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi di Indonesia periode Januari 2021. BPS melaporkan inflasi Januari 2021 adalah 0,26% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) berada di 1,55%. Kemudian inflasi inti tercatat 1,56% YoY.

Artinya, ekonomi Tanah Air masih tertatih-tatih, terlihat dalam data inflasi yang dirilis pada hari ini. Realisasi inflasi ini lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan sebesar 0,35% dan inflasi tahunan ada di 1,65%.

Dibandingkan Desember 2020 pun terjadi perlambatan laju inflasi. Kala itu, inflasi bulanan adalah 0,45% dan inflasi tahunan 1,68%.

Suhariyanto, Kepala BPS, mengungkapkan bahwa perlambatan laju inflasi disebabkan oleh kombinasi dua faktor. Pertama adalah pasokan yang terjaga, dan kedua lemahnya permintaan. Namun faktor kedua sangat kental terasa.

"Kalau kita lihat, memasuki 2021 ini dampak Covid-19 belum reda dan masih membayangi perekonomian berbaga negara, termasuk Indonesia. Mobilitas berkurang, roda ekonomi terhambat, dan berpengaruh ke permintaan," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.

Kelesuan permintaan juga tercermin di inflasi inti. Pada Januari 2021, inflasi inti yang 1,56% YoY merupakan yang terendah sejak BPS melaporkan data ini pada 2004. Inflasi inti adalah 'keranjang' yang berisi harga barang dan jasa yang susah naik-turun.

Jadi saat inflasi inti terus melambat, maka artinya harga barang dan jasa yang 'bandel' saja sampai turun. Ini menandakan permintaan sangat lemah sehingga dunia usaha terpaksa menurunkan harga. "Inflasi inti mengalami perlambatan yang menandakan permintaan domestik masih lemah," tambah Kecuk.

Jika Inflasi masih tergolong rendah, maka hal tersebut membuat aset pendapatan tetap seperti obligasi negara menjadi lebih menarik karena keuntungan riil (real return) dari imbal hasilnya pun terhitung lebih tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular