
15 Saham Favorit Asing di Januari, Hayo Jangan Kelewat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup koreksi 1,96% di posisi 5.862 pada perdagangan pekan lalu, Jumat (29/1) di tengah sentimen luar negeri yang cukup tertekan, termasuk tingginya kasus Covid-19.
Dengan demikian, sepekan terakhir IHSG minus 7,05% dan sebulan koreksi 1,95%. Padahal sebelumnya ada ekspektasi bahwa Januari Effect akan membawa indeks positif.
Pada Jumat lalu, asing keluar Rp 756,30 miliar di semua pasar, dan sepekan asing juga keluar Rp 209,51 miliar. Tapi dalam sebulan terakhir, asing justru masih mencatatkan beli bersih Rp 11,11 triliun.
Berikut ada 15 saham dengan catatan net buy (beli bersih) asing dalam sebulan terakhir.
NEXT: Deretan 15 Saham Favorit Asing
Berikut daftar 15 saham yang paling banyak dibeli asing, di semua pasar selama Januari lalu yang bisa menjadi pertimbangan investor di Februari ini, berdasarkan data BEI.
15 Saham Top Foreign Buy Januari (All Market)
Emiten | Net Buy (Rp Miliar) | Harga Saham (%) |
Bank BRI (BBRI) | 3.500 | 0,24, Rp 4.180 |
Bank Mandiri (BMRI) | 1.700 | 3,95, Rp 6.575 |
Bank Central Asia (BBCA) | 1.300 | -0,15, Rp 33.800 |
Astra International (ASII) | 1.200 | 1,24, Rp 6.100 |
Telkom (TLKM) | 1.100 | -6,04, Rp 3.110 |
Sarana Menara (TOWR) | 325 | flat Rp 960 |
Indah Kiat (IKNP) | 282 | 23,74, Rp 12.900 |
Merdeka Copper (MDKA) | 268 | 4,94, Rp 2.550 |
Bank Negara Ind. (BBNI) | 268 | -10,12, Rp 5.550 |
Indocement (INTP) | 229 | -7,60, Rp 13.375 |
Media Nusantara (MNCN) | 224 | -9,21, Rp 1.035 |
Mayora (MYOR) | 117 | 2,95, Rp 2.790 |
Indo Tambangraya (ITMG) | 89 | -11,55, Rp 12.250 |
Gudang Garam (GGRM) | 76 | -7,99, Rp 37.725 |
Surya Citra (SCMA) | 46 | -4,80, Rp 2.180 |
Sumber: BEI
Sebanyak lima saham dengan nilai beli bersih asing terbesar masih dikuasasi saham-saham dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar alias big cap. Kelimanya punya market cap di atas Rp 100 triliun.
Market cap terbesar masih dipegang BBCA senilai Rp 833 triliun, dengan koreksi harga saham dalam sebulan 0,15%. Asing masuk sebulan Rp 1,18 triliun di pasar reguler dan 3 bulan terakhir asing masuk Rp 7,73 triliun.
Di posisi pertama dan kedua net buy dipegang dua bank BUMN yakni Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Bank Mandiri (BMRI). Market cap BBRI mencapai Rp 515 triliun, dengan kenaikan harga saham sebulan hanya 0,24%, asing masuk Rp 3,5 triliun di semua pasar.
Adapun BMRI punya kapitalisasi pasar Rp 307 triliun dengan kenaikan harga saham sebulan 3,95%.
Sebelumnya, bank-bank papan atas mulai optimistis dengan kondisi pasar tahun ini. Misalnya, Dirut BBRI, Sunarso bahkan menargetkan pertumbuhan kredit bisa berada pada kisaran 6%-7% tahun ini. Fokus pertumbuhan kredit perusahaan di tahun ini adalah pada segmen mikro dan kecil.
Target perusahaan tahun ini ditetapkan dengan melihat adanya potensi pertumbuhan yang telah disinyalkan sejak kuartal terakhir tahun lalu, sehingga di 2021 ini perusahaan lebih optimistis.
"Kami masih fokus di mikro dengan target loan growth 6%-7%. Driver-nya masih di segmen mikro dan kecil," kata Sunarso dalam paparannya secara virtual, Jumat (29/1/2021).
Sebelumnya, bank investasi yang bermarkas di New York, AS, Morgan Stanley menilai pasar saham Indonesia layak untuk kembali dilirik oleh investor global setelah sepanjang tahun lalu terjadi jual bersih (net sell) dalam jumlah besar akibat pandemi Covid-19.
Peluang pulihnya pasar modal Tanah Air juga ditunjang dengan data perkembangan ekonomi dalam negeri dan dimulainya reformasi struktural.
Dalam riset berjudul Reform Part II - Deregulation and Investment, Morgan Stanley menyebut aksi jual besar-besaran ini telah menyebabkan kepemilikan asing sudah turun secara signifikan dan saham-saham emiten papan atas di Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai telah berada di harga terendahnya.
Dengan demikian, pasar saham dalam negeri dinilai layak untuk kembali 'diserok', dua di antaranya yakni BBRI dan BBCA.
Beberapa data yang dinilai menunjukkan perbaikan perekonomian dalam negeri yakni data konsumsi. Dipimpin oleh konsumsi semen dalam negeri yang mulai pulih dengan penurunan hanya 4% secara tahun ke tahun (year on year) pada Agustus 2020, dari sebelumnya ambles 11% secara yoy pada Juli 2020.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Borong 10 Saham Ini Saat IHSG Bonyok, Mau Ikutan?