
BRI: Tahun Terberat Telah Lewat, 2021 Semakin Sehat & Kuat

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah ketidakpastian ekonomi dunia akibat pandemi, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berhasil menutup tahun 2020 dengan capaian positif yang membuat fundamental perseroan semakin sehat dan kuat. Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama BRI Sunarso pada acara Pemaparan Kinerja BRI Kuartal IV 2020 di Jakarta, Jumat (29/01).
Dalam keterangan pers-nya, Sunarso mengatakan bahwa krisis yang kita alami saat ini adalah krisis yang terberat apabila dibandingkan dengan krisis sebelumnya. Namun BRI Group telah melewati tahun terberat dengan pertumbuhan positif berkat strategi yang fokus pada penyelamatan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta menjadi mitra utama pemerintah dalam mendukung keberhasilan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
BRI berkontribusi lebih dari 60% dalam setiap program PEN yang memberi dampak positif tidak hanya bagi nasabah namun juga bagi perekonomian Indonesia.
Peran BRI menjalankan counter cyclical melalui fungsi agent of development terlihat dari penyaluran kredit yang tetap tumbuh positif meskipun ekonomi nasional terkontraksi. Hingga akhir Desember 2020, secara konsolidasian BRI berhasil menyalurkan kredit senilai Rp 938,37 triliun atau tumbuh 3,89% year on year. Angka ini jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan pertumbuhan kredit nasional di tahun 2020 yang diperkirakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berada di kisaran minus 2,41%.
Tercatat kredit mikro BRI tumbuh double digit sebesar 14,18%, kredit kecil dan menengah tumbuh 3,88% dan kredit konsumer tumbuh 2,26%. Kinerja positif tersebut berdampak pada peningkatan porsi atau portofolio kredit UMKM BRI yang menyentuh angka 82,13% dari total seluruh kredit BRI.
"Tantangannya sekarang adalah mencari sumber pertumbuhan baru. Strateginya yakni BRI akan fokus di dua area, pertama, yang existing kita naik kelaskan. Kedua, cari sumber pertumbuhan baru, yaitu mencari yang lebih kecil daripada mikro," tambahnya.
Pertumbuhan kredit BRI Group mampu diiringi dengan perbaikan kualitas kredit yang sehat dan terjaga, Hal ini ditunjukkan dengan rasio NPL BRI Group yang tercatat 2,99% dengan NPL Coverage mencapai 237,73 persen. Besarnya pencadangan ini merupakan bentuk strategi perseroan untuk menjaga kinerjanya agar terus tumbuh secara sustainable melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik.
Sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI tercatat tumbuh sebesar 9,78% menjadi sebesar Rp.1.121,10 triliun, dengan komposisi dana murah (CASA) mencapai 59,67%.
Kuatnya fundamental membuat perseroan mencatatkan laba sebesar Rp 18,66 triliun atau meningkat sebesar 14,02% secara kuartalan jika dibandingkan dengan kuartal III tahun 2020. Namun, secara tahunan, laba BRI terkontraksi 45,70% dari laba bersih tahun 2019 sebesar Rp 34,37 triliun.
Sementara itu total aset BRI menembus di atas Rp 1.500 triliun atau tepatnya Rp.1.511,81 triliun pada akhir Desember 2020 naik 6,7% dari Desember 2019 sebesar Rp 1.417 triliun.
Kondisi permodalan BRI Group pun semakin kuat dengan CAR berada di level 21,17%. Tahun ini BRI optimistis kredit mampu tumbuh lebih baik di atas rata-rata industri nasional, dengan faktor pendukungnya yakni LDR yang masih terjaga di level 83,70%. Hal ini sejalan dengan perbaikan daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga yang menjadi faktor utama pendorong permintaan kredit.
Strategi yang diambil BRI Group dalam kaitannya menjaga agar kinerjanya tetap sustain nyatanya diapresiasi oleh para investor. Hal tersebut tercermin dari peningkatan harga saham BBRI yang telah melewati harga sebelum pandemi bahkan menembus harga tertingginya (all time high). Kenaikan harga saham BBRI tersebut menjadikan BRI sebagai emiten BUMN pertama yang kapitalisasi pasarnya menembus angka Rp 600 triliun, atau lebih tepatnya Rp 603,06 triliun pada 20 Januari 2021 yang lalu.
Menutup pemaparan kinerja tersebut, Sunarso menyiratkan optimisme untuk tahun 2021. "Dengan kondisi fundamental yang sehat dan kuat, BRI Group makin optimistis bisa memberikan dan men-deliver value kepada seluruh stakeholders dengan tetap menjadi mitra utama pemerintah dalam upaya membangkitkan perekonomian nasional. BRI memang fokusnya kepada bisnis mikro, namun memberikan dampak makro terhadap perekonomian Indonesia," tutupnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BRI Tiba-tiba Audit Laporan Keuangan di Kuartal III, Ada Apa?