
RI Punya Bank Syariah Raksasa, Saham Pemiliknya Nyungsep

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham dari Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) hari ini diperdagangkan di zona merah, mengikuti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga bergerak terkoreksi pada perdagangan sesi pertama hari ini.
Simak pergerakan saham Bank Himbara hingga penutupan perdagangan sesi I hari ini:
Pelemahan terbesar terjadi di saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Pada penutupan sesi pertama, BMRI ambles 3,42% ke posisi Rp 7.050/unit. Nilai transaksi saham BMRI mencapai Rp 227 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 31 miliar lembar saham. Asing melakukan net sell di saham BMRI sebesar Rp 32,34 di pasar reguler.
Di posisi kedua, ada saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang ambrol 2,51% ke level Rp 5.825/unit. Nilai transaksi saham BBNI hingga penutupan sesi I mencapai Rp 132 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 22 miliar lembar saham. Asing pun juga melakukan net sell sebesar Rp 15,71 miliar di pasar reguler.
Sedangkan di posisi terakhir ada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang terkoreksi 1,08% ke Rp 4.570/unit. Adapun nilai transaksi saham BBRI saat ini mencapai Rp 323 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 70 miliar lembar saham. Namun, asing malah melakukan net buy di saham BBRI sebesar Rp 35,85 miliar di pasar reguler.
Pelemahan saham bank Himbara ini terjadi setelah proses merger tiga bank syariah milik bank Himbara tersebut telah direstui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Rabu (27/1/21) kemarin.
Pemerintah akan menjadi ultimate shareholder dari bank hasil penggabungan melalui bank-bank Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara) sebagai pemegang saham bank hasil penggabungan.
Adapun komposisi pemegang saham BSI nantinya yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 51,2%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) 25,0%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4%, DPLK BRI-Saham Syariah 2%, dan investor publik 4,4%.
Sebelumnya pada Rabu (27/1/21) kemarin, perusahaan yang bernama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) ini telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021 tentang Pemberian Izin Penggabungan PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah ke dalam PT Bank BRI Syariah Tbk., serta Izin Perubahan Nama dengan Menggunakan Izin Usaha PT Bank BRISyariah Tbk., Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Syariah Indonesia Tbk., sebagai Bank Hasil Penggabungan.
Jika seluruh proses ini rampung, maka merger tiga bank syariah milik Himbara akan efektif pada Senin, 1 Februari 2021 dengan nama dan identitas baru yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk dan kode saham BRIS.
Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN serta Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Hery Gunardi menyatakan bersyukur dan menyambut baik kabar gembira atas diterimanya persetujuan OJK terhadap rencana penggabungan ketiga bank umum syariah hari ini.
"Saya mewakili seluruh tim Project Management Office berterima kasih kepada OJK dan seluruh regulator terkait atas dukungan dan bimbingannya selama proses merger ini berlangsung, sejak awal proses ini dimulai," kata Hery dalam siaran persnya, Rabu (27/1/2021).
"Meski di tengah pandemi, seluruh pihak tetap bekerja, saling bahu-membahu, mendukung bersatunya tiga bank Syariah dan melahirkan Bank Syariah Indonesia. Sejatinya kita semua ini bersatu untuk Indonesia," lanjutnya.
Setelah tanggal efektif merger, perusahaan akan fokus untuk memastikan proses integrasi layanan dan core banking dari ketiga bank berjalan baik dan minim disrupsi demi peningkatan layanan kepada masyarakat dan nasabah.
Sementara proses ini berlangsung, layanan dan operasional di tiga bank tetap berjalan seperti biasa. Hal ini disampaikan oleh Ngatari, Direktur Utama PT BRISyariah.
Dia mengatakan layanan dan operasional ketiga bank seperti biasa. Perubahan layanan dan operasional dalam proses penggabungan akan diinformasikan secara bertahap dan dana nasabah tetap aman dan dijamin sesuai dengan regulasi.
Sementara itu, setelah penggabungan selesai bank ini nantinya akan memiliki layanan yang cakupannya lebih luas dan terjadinya peningkatan kualitas.
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan perusahaan menjajaki kerjasama dengan mitra bisnis di luar negeri menggunakan layanan keuangan syariah, akan semakin terbuka.
Produk dan jasa yang ditawarkan Bank Syariah Indonesia dipastikan menjawab seluruh kebutuhan nasabah dan masyarakat.
Layanan ini nantinya akan mencakup UMKM, korporasi, ritel, dan investor global dan sesuai dengan standar internasional.
Bank ini nantinya akan melakukan kegiatan usaha di lebih dari 1.200 kantor cabang dan unit eksisting yang sebelumnya dimiliki BRIsyariah, Bank Syariah Mandiri, serta BNI Syariah.
Berdasarkan proforma keuangan per 30 Juni 2020, total aset Bank Hasil Penggabungan nantinya mencapai Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun.
Jumlah tersebut menempatkan Bank Hasil Penggabungan dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.