
Dolar Australia Turun 4 Hari Beruntun Lawan Rupiah, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali turun melawan rupiah pada perdagangan Selasa (26/1/2021). Jika tertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan nanti, maka dolar Australia akan membukukan penguatan 4 hari beruntun.
Pada pukul 13:41 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.775,7, dolar Australia melemah 0,21% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara dalam 3 hari sebelumnya, total dolar Australia melemah 0,56%.
Bursa saham Asia yang merosot pada perdagangan hari ini membuat dolar Australia tertekan. Maklum saja, Mata Uang Kanguru dianggap sebagai risk-on currency atau mata uang yang akan menguat saat sentimen pelaku pasar membaik, dan memburu aset-aset berisiko.
Selain itu, penurunan dolar Australia terjadi akibat aksi ambil untung (profit taking), setelah 2 pekan lalu menyentuh Rp 10.986,77/AU$, level tertinggi sejak September 2014.
Dolar Australia mampu mencapai level tersebut merespon tanda-tanda pemulihan ekonomi Negeri Kanguru, serta kenaikan harga komoditas.
IHS Markit Jumat lalu melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur di awal 2021 naik menjadi 57,2 dari bulan Desember lalu sebesar 55,7.
PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berakhir kontraksi sementara di atasnya berarti ekspansi.
Sehari sebelumnya, Biro Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 6,6% di bulan Desember 2020, dari bulan sebelumnya 6,8%.
Tingkat pengangguran tersebut menjadi yang terendah sejak bulan April lalu, meski masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan level sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda di 5,1%.
Selain tingkat pengangguran, sepanjang bulan Desember juga dilaporkan terjadi penambahan jumlah orang yang bekerja sebanyak 50 ribu orang. Artinya, roda bisnis di Australia mulai berputar kembali, dan banyak terjadi perekrutan tenaga kerja.
Sementara itu, harga bijih besi saat ini masih berada di dekat level US$ 170/ton yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Bijih besi merupakan komoditas ekspor utama Australia berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor Australia, sehingga harganya yang melesat tentunya akan meningkatkan pendapatan ekspor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
