
Corona Indonesia Menuju Sejuta, Rupiah Merah Merona

Sentimen kedua yang menjadi beban bagi rupiah datang dari luar negeri. Presiden AS Joseph 'Joe' Biden ternyata punya kecenderungan yang sama dengan pendahulunya, Donald Trump. Kecenderungan ini dalam hal mengutamakan dan melindungi produk-produk dalam negeri alias proteksionis. Dalam istilah Trump, kebijakan ini disebut America First.
Menurut sumber di lingkaran dekat Biden, sang presiden ke-46 Negeri Adikuasa berencana untuk meneken aturan yang mewajibkan kementerian/lembaga untuk membeli produk made in the USA. Program ini dinamakan Buy American.
Pengadaan barang dan jasa di Kementerian/lembaga AS bernilai sekira US$ 600 miliar (Rp 8.449,2 triliun). Pemerintahan AS adalah konsumen terbesar di planet bumi.
"AS mengeluarkan sekitar US$ 600 miliar setiap tahunnya untuk berbagai kontrak pengadaan, Ini bisa menjadi modal untuk menggenjot industri dalam negeri dan merangsang pengembangan inovasi," kata sang sumber yang membisikkan kepada Reuters.
Tujuan kebijakan ini, lanjut sang sumber, juga untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja bagi rakyat AS. Ketika lapangan kerja tersedia, maka kesejahteraan rakyat akan semakin terjamin.
Akan tetapi, pelaku pasar khawatir Biden bisa 'kebablasan' dan bertindak ekstrem seperti Trump. Apalagi dalam situasi pandemi, kewajiban membeli produk dalam negeri bisa mengganggu pasokan.
"Misalnya, pelarangan instansi pemerintah untuk membeli obat dan alat kesehatan dari negara lain akan membuat pasokan di AS menjadi sangat terbatas," tegas surat Kamar Dagang dan Industri AS kepada pemerintah, seperti diwartakan Reuters.
Selain itu, ada kecemasan sikap AS yang mengutamakan produk dalam negeri berisiko memunculkan perang dagang babak terbaru. Apalagi kalau Biden benar-benar bersikap seperti Trump dengan menghambat masuknya produk negara lain melalui pembebanan bea masuk. Hiii, serem...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
