
Profit Taking Bisa Berlanjut, Waspada IHSG Longsor Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan penurunan lebih dari 1% ke 6.307,127 sepanjang pekan lalu, setelah sempat menyentuh level 6.500 untuk pertama kalinya sejak April 2019.
Meski demikian, data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi beli bersih senilai Rp 632,16 miliar.
Joseph 'Joe' Biden yang resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-46 pada 20 Januari lalu mengirimkan sentimen positif ke pasar saham global.
Selain pelantikan Biden, Senat AS yang sebelumnya dikuasai oleh Partai Republik, kini dikuasai oleh Partai Demokrat. Sehingga blue wave atau kemenangan penuh Partai Demokrat berhasil dicapai.
Parlemen AS menganut sistem 2 kamar, House of Representative (DPR) yang sudah dikuasai Partai Demokrat sejak lama, dan Senat yang pada rezim Donald Trump dikuasai Partai Republik.
Dengan dikuasainya DPR dan Senat, tentunya akan memudahkan Biden dalam mengambil kebijakan, termasuk dalam meloloskan paket stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun.
Stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah AS pada bulan Maret 2020 lalu, senilai US$ 2 triliun, merupakan salah satu penopang penguatan bursa saham AS (Wall Street) dan bursa saham global bangkit dari aksi jual akibat virus corona dinyatakan sebagai pandemi. Artinya, stimulus US$ 1,9 triliun nantinya juga bisa berdampak positif bagi bursa saham global.
Sementara dari dalam negeri, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diperpanjang di Jawa-Bali kembali diperpanjang 2 pekan hingga 8 Februari mendatang.
Keputusan perpanjangan PPKM tersebut itu disampaikan oleh Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/1/2021).
Diperpanjangnya PPKM tentunya dapat menghambat laju pemulihan ekonomi Indonesia yang berdampak negatif ke pasar.
Dua faktor tersebut masih akan mempengaruhi pergerakan IHSG pada hari ini, Senin (25/1/2021). Patut diwaspadai kemungkinan berlanjutnya penurunan IHSG akibat aksi ambil untung (profit taking) seperti yang terjadi pada Jumat lalu, ketika bursa kebanggaan Tanah Air longsor lebih dari 1,6%. Bursa saham Eropa, serta indeks S&P 500 dan Dow Jones juga berakhir di zona merah pada perdagangan Jumat waktu setempat.
Euforia dari dilantiknya Biden sudah mulai meredup, pelaku pasar kembali melihat penyebaran virus corona yang kembali meningkat, di berbagai negara sehingga pengetatan pembatasan sosial hingga lockdown kembali diterapkan.
Di Eropa, pengetatan pembatasan sosial sudah menunjukkan efeknya, ekspansi sektor manufaktur mengalami pelambatan di bulan ini. IHS Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur zona euro sebesar 54,7 di bulan ini, turun dari bulan sebelumnya 55,2.
Secara teknikal, IHSG masih mampu bertahan di atas 6.300 yang menjadi area support terdekat, setelah sempat menyentuh level 6.500.
Pada Selasa dan Rabu 2 pekan lalu IHSG membentuk pola Doji. Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis.
Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah.
IHSG bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), yang menjadi modal untuk kembali menguat dalam jangka panjang.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator stochastic pada grafik harian kini sudah mulai keluar dari wilayah jenuh jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Sementara itu pada grafik 1 jam, stochastic justru berada di wilayah jenuh jual, yang memberikan potensi rebound.
![]() Foto: Refinitiv |
Seperti disebutkan sebelumnya, 6.300 menjadi support terdekat, sekaligus yang menentukan arah IHSG hari ini. Jika ditembus dan tertahan di bawahnya, IHSG berisiko turun ke 6.265. Support selanjutnya berada di kisaran 6.220 hingga 6.200.
Sementara, selama bertahan di atas support, IHSG berpeluang menguat ke 6.335, sebelum menuju 6.400 lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500