Analisis

Membedah Potensi Tersembunyi dari BRI

Tri Putra, CNBC Indonesia
22 January 2021 18:10
Menteri Badan Usaha Milik Negara RI (BUMN) Erick Thohir dalam acara CNBC Indonesia Award 2020 Indonesia dengan tema Menyongsong Bangkitnya Ekonomi Indonesia 2021. (CNBC
Foto: Menteri Badan Usaha Milik Negara RI (BUMN) Erick Thohir dalam acara CNBC Indonesia Award 2020 Indonesia dengan tema Menyongsong Bangkitnya Ekonomi Indonesia 2021. (CNBC

BBRI digadang-gadang bakal mengakuisisi 2 perusahaan raksasa sekaligus yakni PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) hal ini tentu saja akan menurunkan biaya dana (Cost of Fund) dan meningkatkan efisiensi dalam hal biaya operasional terutama terkait kantor cabang, sistem IT hingga sumber daya manusia (SDM).

Hal ini merupakan racikan mujarab visi dan misi Erick Thohir sebagai Menteri BUMN. Dengan keberadaan holding ultra mikro, maka diharapkan dapat menggarap 30 juta ultra mikro yang belum mendapatkan akses keuangan formal.

Dari sisi PNM dan Pegadaian yang nantinya akan menjadi anak usaha BBRI, keuntungan yang didapat tentu saja berupa pendanaan dan likuiditas dari Bank sekelas BBRI yang memiliki aset terbesar di Indonesia. Sebelumnya pendanaan kedua perusahaan hanya bisa diamankan melalui penerbitan obligasi korporasi ataupun pinjaman kepada bank.

Catat saja menurut data Refinitiv saat ini Pegadaian memiliki total Outstanding Bonds senilai Rp 10,8 triliun hingga tahun 2025 dimana lebih dari setengahnya yakni Rp 5,8 triliun akan jatuh tempo tahun depan.

Apalagi ternyata jumlah ini terus meningkat dimana total nilai obligasi jatuh tempo sebelumnya selama 22 tahun terakhir 'hanyalah' Rp 13,42 trilun yang menunjukkan kebutuhan dana Pegadaian dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Hal yang serupa terjadi pula pada PNM dimana perseroan memiliki total Outstanding Bonds yang bahkan lebih besar yakni senilai Rp 12,37 triliun hingga tahun 2025 dimana Rp 4,1 triliun akan jatuh tempo tahun depan.

Jumlah kebutuhan PNM akan dana segar juga terus meningkat yang ditunjukkan dengan total nilai obligasi jatuh tempo sebelumnya selama 9 tahun terakhir 'hanyalah' Rp 6,9 triliun.

Hal inilah yang tentunya menyebabkan biaya dana atau biasa lebih dikenal dengan sebutan cost of funds perusahaan membengkak dari tahun ke tahun. Tercatat biaya bunga PNM pada tahun 2019 sebesar Rp 1,59 triliun naik hampir dua kali lipat dari posisi tahun sebelumnya di angka Rp 0,99 triliun.

Dengan sinergi antara ketiga perusahaan Pelat Merah ini tentu saja nantinya Pegadaian dan PNM tidak perlu lagi mencari sumber dana segar dan kalaupun ingin menerbitkan obligasi, suku bunga obligasi nantinya bisa ditekan karena memiliki daya tawar lebih tinggi dan tingkat gagal bayar lebih rendah sehingga cost of funds dapat ditekan.

Sementara itu, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memutuskan perubahan direksi, di mana ada direktur yang tergolong milenial.

RUPSLB, pemegang saham memberhentikan Haru Koesmahargyo sebagai Direktur Keuangan, Priyastomo sebagai Direktur Bisnis dan Ritel, dan Herdy Rosadi sebagai Direktur Human Capital BRI.

Sementara Wisto Prihadi yang sebelumnya diangkat sebagai Direktur Kepatuhan diberhentikan karena tidak lulus fit and proper test di OJK.

Sebagai gantinya Viviana Dyah Ayu Retno diangkat sebagai Direktur Keuangan, Amam Sukriyanto sebagai Direktur Bisnis Kecil dan Menengah, Arga Mahanana Nugraha sebagai Direktur Jaringan dan Layanan dan Agus Winardono sebagai Direktur Human Capital.

Arga Mahanana Nugraha tergolong masih generasi milenial. Pria kelahiran Jakarta, 5 Januari 1981 ini menempuh pendidikan S2 di Carnegie Mellon University, dan sarjana di Teknik Informatika Universitas Bina Nusantara sebagaimana disebut juga dalam profil LinkedIn-nya.

Sebelum ditunjuk sebagai direktur jaringan dan layanan, Arga telah cukup lama berkarier di Bank BRI. Sejak 2017 hingga 2018 dia dipercaya sebagai Group Head Cash Management Divisi Transaction Banking. Kemudian, pada 2018 hingga 2020 dia menjabat sebagai Wakil Kepala Divisi Bidang E-Banking Divisi Retail Payment. Lalu menjadi Executive Vice President BRILink Network Division sejak 2020.

Satu lagi yang tergolong muda adalah Viviana Dyah Ayu Retno K yang ditunjuk sebagai Direktur Keuangan. Perempuan kelahiran Surakarta 30 September 1978 ini menempuh pendidikan di S2 MBA di University Rochester, Amerika Serikat dan S1 Peternakan di Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat.

Terpilihnya 4 direktur baru ini menjadi bukti atas janji Menteri BUMNĀ  Erick Thohir yang akan menempatkan anak muda yang hebat di jajaran direksi BUMN.

Kehadiran direksi muda bisa membawa spirit perubahan di BRI yang merupakan salah satu bank yang sudah mapan. Generasi muda kerap membawa inovasi-inovasi sesuai kebutuhan zaman. Hal ini yang kurang dihadirkan oleh para bankir dari generasi yang lebih senior.

Selain itu, kehadiran direksi yang berkarir dari bawah di BRI menunjukan adanya jenjang karir bagi pegawai BRI. Hal ini bisa meningkatkan semangat para pegawai karena mereka bisa terus menanjak karirnya, bahkan ke level puncak.

(dob/dob)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular