Meski BI Tahan 7DRRR, Dolar Singapura Tetap Dominasi Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 January 2021 12:20
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Jumat (22/1/2021) setelah mengakhiri penguatan 3 hari beruntun kemarin. Jika berhasil mempertahankan penguatan hingga penutupan perdagangan nanti, artinya dolar Singapura mampu mendominasi rupiah di pekan ini.

Pada pukul 10:11 WIB, dolar Singapura menguat tipis 0,09% ke Rp 10.579,97/SG$ di pasar spot.

Kemarin, Bank Indonesia (BI) kemarin mempertahankan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate (7DRRR) 3,75%, sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.

Dengan dipertahankannya suku bunga, rupiah menjadi punya tenaga untuk menguat. Sebab jika suku bunga kembali diturunkan, maka yield obligasi di Indonesia juga akan menurun, hal ini dapat membuat capital inflow menjadi seret, bahkan tidak menutup kemungkinan terjadi outflow yang bisa menekan rupiah.

Sebab selisih yield dengan negara-negara maju, misalnya dengan AS akan menyempit, hal itu membuat Indonesia sebagai negara berkembang menjadi kurang menarik.

Negara berkembang memiliki risiko investasi yang lebih tinggi ketimbang negara maju, sehingga untuk menarik aliran investasi diperlukan yield yang lebih tinggi.

Namun sayangnya penguatan rupiah hanya berlangsung sehari saja, sebab dolar Singapura kembali perkasa.

Penguatan dolar Singapura dimulai awal pekan ini setelah data dari pemerintah Singapura menunjukkan ekspor non-minyak di bulan Desember melesat 6,8% year-on-year (YoY), jauh lebih tinggi dari ekspektasi ekonom yang hanya memprediksi pertumbuhan 0,3% YoY, menurut CNBC International.

Setelah 3 bulan mengalami penurunan, baru pada Desember ekspor Singapura akhirnya kembali menunjukkan peningkatan. Di bulan November, ekspor bahkan merosot 5% YoY. Peningkatan ekspor Singapura menunjukkan perekonomian global mulai pulih setelah dihantam pandemi penyakit virus corona.

Kenaikan ekspor di bulan Desember ditopang oleh ekspor elektronik, mesin, dan emas non-moneter. Ekspor produk elektronik melesat 5% YoY, membalikkan penurunan 5,3% YoY di bulan sebelumnya.

Dilihat dari negara tujuannya, ekspor ke negara mitra dagang utama menunjukkan peningkatan, meski ke China, Uni Eropa, Indonesia dan Jepang mengalami penurunan.
Ekspor ke Amerika Serikat meroket 52,5% bulan Desember 2020, setelah naik 9,5% bulan sebelumnya. Emas non-moneter mendominasi ekspor Singapura ke Paman Sam, disusul produk farmasi.

"Detail ekspor Singapura di bulan Desember membuat penasaran," kata Robert Carnell, kepala riset Asia-Pasifik di ING, sebagaimana dilansir The Standard, Senin (19/1/2021).
Menurut Carnell, pertumbuhan ekonomi China unggul dibandingkan negara-negara lainnya, tetapi permintaan ke Singapura justru menurun.

China yang melaporkan produk domestik bruto (PDB) kuartal IV-2020 tumbuh 6,5% year-on-year (YoY), lebih tinggi dari prediksi Reuters sebesar 6,1% YoY, dan melesat dari kuartal sebelumnya 4,9% YoY.

Saat negara-negara lain masuk ke jurang resesi, China berhasil lolos, sebab produk domestik bruto (PDB) hanya sekali mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 6,8% di kuartal I-2020. Setelahnya, ekonomi China kembali bangkit dan membentuk kurva V-Shape.

"Kita mungkin perlu melihat data 2 bulan ke depan untuk memahami kinerja ekspor sebenarnya," tambah Cornell.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular