Kabinet Biden Galak ke China, Yakin Perang Dagang Berakhir?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 January 2021 16:55
perang dagang
Foto: Presiden Donald Trump menyampaikan pidatonya di samping bendera AS dan China saat dia dan Presiden Cina Xi Jinping bertemu. REUTERS/Damir Sagolj/File Photo

Mantan diplomat Singapura, Kishore Mahbubani, mengatakan sikap keras AS ke China tidak perlu dilakukan lagi, tetapi yang patut dilihat apakah Washington akan mendengarkan pendapat negara lain sebelum menerapkan kebijakan ke Beijing.

"Saya pikir sudah mutlak dan tidak perlu dipertanyakan lagi jika Amerika Serikat akan keras ke China. Hal yang paling penting adalah apakah Pemerintahan Biden akan mendengarkan negara lain sebelum mengimplementasikan kebijakan ke China?" kata Mahbubani, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (21/1/2021).

"Ya, anda harus tegas dan keras ke China, tetapi kita juga harus bersama China. Kita harus bekerja sama dengan China. Kita ingin perekonomian pulih dari kemerosotan akibat Covid-19, itulah pesan yang anda dapat," tambahnya.

Memang, pendekatan yang dilakukan AS ke China berbeda dengan era Trump, hal tersebut juga diungkapkan para calon menteri.

Yellen mengatakan Pemerintahan Biden masih akan tetap keras terhadap China, tetapi tidak dengan cara-cara yang dilakukan Trump, dan lebih memilih upaya dalam bentuk "bekerja sama dengan sekutu".

Senada dengan Yellen, Blinken juga mengatakan pendekatan terhadap China akan berbeda, tidak sama dengan kebijakan "America First" seperti yang dilakukan Trump, yang dikatakan memecah belah persatuan.

Pelaku pasar juga melihat Pemerintahan Biden tidak akan melunak terhadap China, tetapi dengan pendekatan yang berbeda, dan pasar akan mendapat keuntungan sebab pendekatan yang diambil akan menurunkan volatilitas.

"Kami memprediksi Biden tidak akan melunak ke China, kami pikir kita akan melihat pendekatan yang lebih multilateral yang akan menurunkan volatilitas serta mengurangi risiko di pasar," kata Joanne Irving Co-manager di Aberdeen Emerging Markets Fund (ABEMX), yang mengelola aset senilai US$ 5,3 miliar, sebagaimana dilansir Barrons, Selasa (20/1/2021).

Penurunan volatilitas mengindikasikan berkurangnya ketidakpastian yang ada di pasar, dan tentunya berdampak bagus bagi pelaku pasar.

Toh, meski calon menteri Biden menunjukkan sikap keras ke China, bursa saham AS tetap meroket dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Rabu kemarin, dan diikuti penguatan bursa saham Eropa dan Asia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular