Impor BBM Bakal Melonjak, Current Account RI & Rupiah Aman?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 January 2021 19:40
Stok LPG dibulan Ramadan
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Berdasarkan data dari BPS, nilai impor pada tahun 2020 merosot 17,34% dari tahun 2019 menjadi US$ US$ 141,4 miliar. Impor migas tercatat mengalami kemerosotan hingga US$ 7,63 miliar atau 34,86%. Impor migas berkontribusi sebesar 10% dari total impor.

Sementara non-migas turun US$ 22,1 miliar atau 14,78% menjadi US$ 127,3 miliar tahun lalu.

Dari impor migas, data BPS menunjukkan impor minyak mentah sepanjang 2020 merosot 40,54% menjadi US$ 3,4 miliar, dan impor hasil minyak ambrol 39,41% menjadi US$ 8,3 miliar. Sementara impor gas tercatat naik 2,94%.

Di tahun ini, impor hasil minyak akan mengalami lonjakan tajam. Impor bensin pada 2021 ini diperkirakan melonjak menjadi 140 juta barel, naik 54% dibandingkan impor 2020 yang mencapai 91 juta barel.

Hal tersebut seiring dengan proyeksi penjualan bensin PT Pertamina (Persero) yang diperkirakan melonjak 32,4% menjadi 233 juta barel dari 176 juta barel pada 2020.

Data tersebut berdasarkan bahan pemaparan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (19/01/2021).
Kenaikan impor tersebut tentunya akan membebani neraca dagang, seandainya tidak dibarengi dengan peningkatan ekspor.

Begitu dengan impor nonmigas, yang kemungkinan akan kembali menanjak saat roda perekonomian berputar. Sektor manufaktur Indonesia kembali berekspansi dalam 2 bulan terakhir.

Data dari IHS Markit menunjukkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur di bulan Desember 2020 sebesar 51,3, naik dari bulan sebelumnya 50,6.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atasnya berarti ekspansi, di bawahnya berarti kontraksi.

Data PMI di bulan Desember tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari, atau sebelum Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi.

Dengan ekspansi tersebut, artinya permintaan impor barang modal dan bahan baku/penolong akan mengalami peningkatan. Sekali lagi, jika tidak diikuti dengan kenaikan ekspor, maka neraca dagang berisiko mengalami defisit lagi, dan mengancam transaksi berjalan di tahun ini.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rupiah Masih Bisa Menguat Meski Transaksi Berjalan Kembali Defisit

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular