
Tenang, Meski Drop Harga Batu Bara Masih Ada Katalis Positif

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures (berjangka) batu bara ICE Newcastle drop signifikan pada perdagangan kemarin, Selasa (19/1/2021). Harga kontrak yang aktif ditransaksikan tersebut anjlok 3,76% ke US$ 84,55/ton.
Kendati anjlok harga batu bara masih mendapat berbagai katalis positif setidaknya untuk kuartal pertama tahun ini. Musim dingin terutama di negara-negara seperti Jepang dan China membuat konsumsi listrik untuk penghangat meningkat.
Namun sayang pasokan gas yang terbatas dan harganya yang sudah melesat tinggi di Jepang menjadi kendala. Sementara itu di China untuk menjaga pasokan listriknya pemerintah bahkan sampai memadamkan listrik di beberapa provinsi dan meminta masyarakat menghemat energi.
Ketika pasokan gas menipis dan harga melonjak, maka konsumen akan berpotensi beralih dari gas ke batu bara yang relatif lebih murah meski juga mengalami kenaikan harga yang signifikan belakangan ini.
Produksi batu bara China pada bulan Desember terus tumbuh selama enam bulan berturut-turut dan tetap di atas level tahun lalu tetapi masih belum cukup untuk mengatasi kekurangan yang menyebabkan kenaikan tajam harga batu bara domestik China.
Menurut data dari National Bureau of Statistics (NBS), China memproduksi 351,9 juta ton batu bara pada Desember, naik 3,2% dibandingkan dengan Desember 2019.
Hal ini membantu meningkatkan produksi setahun penuh sebesar 0,9% dari 2019 menjadi 3,84 miliar ton, dengan pertumbuhan pada semester kedua mengimbangi penurunan pada paruh pertama yang disebabkan oleh pandemi.
Kenaikan harga gas dan ketatnya pasokan batu bara China masih akan menjadi katalis positif bagi harga batu bara secara umum. Kenaikan yang terlalu tajam memang membutuhkan koreksi yang sehat seperti yang terjadi saat ini. Setelah koreksi harga batu bara berpeluang menguat.
Beralih ke dalam negeri, produksi batu bara Indonesia mencapai 558 juta ton pada tahun 2020 atau 9,5% lebih rendah dari level 2019. Penjualan batu bara domestik melalui Domestic Market Obligation (DMO) mencapai 108,5 juta ton tahun lalu, 30% lebih rendah dari target tahunannya dan 28% lebih rendah dari penjualannya pada 2019.
Indonesia mengekspor 306 juta ton pada tahun 2020, jauh lebih rendah dari target tahunan sebesar 395 juta ton, dan 23% lebih rendah dari tahun lalu.
Ekspor batu bara di bulan November dan Desember bangkit kembali secara dramatis setelah China akhirnya melonggarkan kuota impornya yang sebelumnya diperketat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Akhir Musim Dingin, Harga Batu Bara China Mulai Jinak