
Kedodoran di Awal Tahun, Ini 3 "Musuh" Emas di 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kedodoran di awal 2021, Senin (18/1/2021) kemarin bahkan nyaris menembus ke bawah US$ 1.800/troy ons, terendah dalam 1,5 bulan terakhir. Emas menghadapi 3 "musuh" di awal tahun ini yang membuat nilainya merosot, dan kemungkinan masih akan "dilawan" sepanjang tahun ini.
Melansir data Refinitiv, kemarin emas sempat merosot 0,91% ke US$ 1.809,9/troy ons, level terendah sejak 2 Desember lalu, sebelum berbalik menguat 0,56% ke US$ 1.836,89/troy ons. Pada perdagangan hari ini, Selasa (19/1/2021) pada pukul 16:49 WIB emas kembali menguat 0,33% ke US$ 1.842,1/troy ons.
Sepanjang Januari, emas masih turun 2,83%.
"Musuh" pertama emas adalah bursa saham global yang masih menunjukkan tren penguatan. Kiblat bursa saham dunia, Wall Street, dua pekan lalu bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Perekonomian global yang diprediksi akan membaik di tahun ini setelah mengalami resesi di tahun 2020 akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi pemicu penguatan bursa saham. Selain itu, vaksinasi massal juga sudah dimulai di beberapa negara.
Dana moneter international (International Monetary Fund/IMF) pada bulan Oktober tahun lalu memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2021 sebesar 5,2% setelah mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 4,4% di 2020.
IMF akan memberikan proyeksi terbarunya pada 26 Januari mendatang.
Saham dan emas merupakan aset yang berlawanan, yang satu aset berisiko dengan imbal hasil tinggi, satunya lagi aset aman (safe haven) tanpa imbal hasil. Ketika perekonomian global membaik, maka pelaku pasar cenderung memburu aset-aset berisiko dan aset safe haven menjadi tidak menarik.
Alhasil, ketika bursa saham menguat maka emas akan melemah. Namun itu dalam jangka pendek, jika dilihat dalam jangka panjang bursa saham dan emas merupakan "teman" keduanya bergerak searah. Lihat saja pada tahun lalu, emas meroket, begitu juga dengan indeks S&P 500 di Wall Street.
Begitu juga pasca krisis finansial 2008, dalam jangka panjang emas dan Wall Street bergerak searah naik, hanya dalam jangka pendek keduanya sering kali "musuhan".
Bitcoin menjadi "musuh" kedua emas di tahun ini. Digadang-gadang sebagai emas digital harga bitcoin terus meroket. Analis pasar senior di OANDA, Edward Moya, mengatakan ada aliran modal yang cukup besar berpindah dari emas ke bitcoin.
"Ada perubahan besar untuk sebagian investor. Status safe haven emas mulai digerogoti oleh mata uang kripto, khususnya bitcoin. Ketika anda melihat posisi emas, anda melihat diversifikasi dari emas menuju mata uang kripto," kata Moya.
Bank investasi ternama JP Morgan juga menyatakan hal yang sama.
"Kompetisi antara bitcoin dan emas sudah dimulai dalam pandangan kami," kata ahli strategi JP Morgan dalam sebuah catatan, sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (5/1/2020).
Ahli strategi tersebut melihat belakangan ini terjadi outflow dari pasar emas sekitar US$ 7 miliar dan terjadi inflow lebih dari US$ 3 miliar di Grayscale Bitcoin Trust.
Kemudian "musuh" yang ketiga dan yang paling utama bagi emas adalah dolar AS. Kebangkitan indeks dolar AS dari level terendah nyaris 3 tahun terakhir menjadi pemicu ambrolnya harga emas belakangan ini.
Dolar AS menjadi musuh utama sebab faktor-faktor yang membuat mata uang Paman Sam ini melemah menjadi bahan bakar utama bagi emas untuk menguat. Selain itu, emas dibanderol dolar AS, ketika dolar AS melemah maka harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan emas berpotensi meningkat.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Begini Prediksi Nasib Emas di 2021
