Geger! Grab Dikabarkan IPO Tahun Ini, Bidik Rp 28 T

tahir saleh, CNBC Indonesia
18 January 2021 13:10
Peresmian Grab Tech Center di Jakarta (Dok. Grab)
Foto: Peresmian Grab Tech Center di Jakarta (Dok. Grab)

Jakarta, CNBC IndonesiaRaksasa aplikasi berbagi tumpangan alias ride-hailing dan bisnis pengantaran makanan di Asia Tenggara, Grab sedang menjajaki pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) di bursa Wall Street, Amerika Serikat tahun ini.

Tiga sumber Reuters yang mengetahui rencana ini mengatakan, keinginan IPO ini didorong oleh adanya minat investor yang kuat atas saham perdana Grab di pasar.

Para sumber tersebut menyebutkan, IPO ini dapat mengumpulkan dana setidaknya US$ 2 miliar atau setara dengan Rp 28 triliun (kurs Rp 14.000/US$).

Mereka mengatakan, IPO ini kemungkinan akan menjadikannya penawaran saham di luar negeri yang terbesar oleh perusahaan Asia Tenggara.

"Pasarnya bagus dan bisnisnya berjalan lebih baik dari sebelumnya. Ini [IPO] semestinya bisa berjalan dengan baik bagi investor publik," katanya, dikutip dari Reuters, Senin (18/1/2021).

Rencana IPO ini, soal besaran saham dan periode waktu, belum diselesaikan dan akan mengikuti kondisi pasar, kata sumber tersebut, yang menolak untuk disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara tentang masalah tersebut.

Grab yang berbasis di Singapura menolak berkomentar tentang potensi IPO ini.

Grab, yang investor pendukungnya termasuk SoftBank Group Corp dan Mitsubishi UFJ Financial Group, telah berkembang pesat dari awalnya sebagai usaha ride-hailing di Malaysia pada tahun 2012 menjadi startup paling bernilai di kawasan ini dengan nilai lebih dari US$ 16 miliar atau setara Rp 224 triliun.

Perusahaan, yang juga menawarkan layanan jasa keuangan dan baru-baru ini memperoleh lisensi bank digital di Singapura, mengatakan pada Januari ini bahwa pendapatan grup telah pulih dari sebelum pandemi.

Grab juga mengatakan bisnis ride-hailing mencapai titik impas di semua pasar operasinya, termasuk Indonesia yang terbesar.

Perusahaan juga berharap, bisnis pengiriman makanannya bisa mencapai titik impas pada akhir tahun.

Rencana IPO ini muncul setelah diskusi merger dengan saingan Indonesia, Gojek, batal.

Gojek dan pemimpin e-commerce Indonesia Tokopedia bahkan disebutkan dalam pembicaraan lanjutan untuk merger senilai US$ 18 miliar menjelang kemungkinan pencatatan ganda (dual listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Amerika Serikat.

Sebelumnya, divisi keuangan Grab Financial Grup berhasil mengumpulkan US$ 300 juta lebih atau setara Rp 4,2 triliun dari pendanaan Seri A. Pendanaan ini dipimpin oleh Hanwha Asset Management Co.Ltd.

Selain itu investor yang ikut menyuntikkan dana dalam putaran pendanaan ini adalah K3 Ventures, GGV Capital, Arbor Ventures, dan Flourish Ventures, seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (14/1/2021).

Manajemen Grab Financial mengungkapkan akan menggunakan pendanaan baru untuk terus membantu lebih banyak individu dan UKM dalam mengakses manfaat layanan keuangan.

"Untuk mencapai tujuan tersebut, kami akan menumbuhkan bisnis dengan margin lebih tinggi, berinvestasi lebih lanjut pada talenta (sumber daya), dan memperluas penawaran di Asia Tenggara dengan solusi keuangan yang lebih terjangkau, nyaman, dan transparan," tulis manajemen Grab Financial.

Informasi saja, Grab Financial berhasil membukukan peningkatan pendapatan sebesar 40% lebih di 2020 dibandingkan 2019.

Pencapaian ini mencakup adopsi konsumen yang pesat melalui layanan baru bersama AutoInvest, produk manajemen kekayaan ritel pertamanya yang mengalami kenaikan pengguna bulanan hampir dua kali lipat pada Desember 2020.

Penawaran produk asuransinya juga telah bertumbuh pesat, dengan pengguna aktif bulanan yang mengalami kenaikan sebanyak empat kali lipat menjadi lebih dari 4,5 juta dalam tiga bulan, dan telah mendistribusikan lebih dari 70 juta polis asuransi sejak diluncurkan April 2020.

Selain itu, konsorsium Grab dan Singtel baru-baru ini telah dipilih oleh Otoritas Moneter Singapura (the Monetary Authority of Singapore/MAS) untuk mendirikan sebuah bank digital, hal ini menjadi bukti yang kuat atas kemampuannya untuk melayani segmen yang kurang terlayani dan belum memiliki rekening bank (unbanked people).

Perusahaan berharap memiliki potensi pendapatan penuh sebesar US$ 60 miliar pada tahun 2025.

Sebelumnya, Tokopedia, sudah mengatur strategi untuk bisa segera melantai di bursa saham pada tahun ini.

Tokopedia menunjuk dua perusahaan jasa investasi dan penjamin emisi global yakni Morgan Stanley dan Citi sebagai penasehat dalam upaya mempercepat proses perseroan menjadi perusahaan publik alias go public.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article "Merayu" Gojek dkk IPO di Bursa RI, Ini Bocoran Strategi BEI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular