
Meroket atau Merosot? Nasib IHSG Hari ini Ditentukan China

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan kinerja positif di awal 2021 dengan membukukan penguatan 2 pekan beruntun. Melansir data Refinitiv IHSG membukukan penguatan 1,85% sepanjang pekan lalu ke 6.373,41, setelah sebelumnya sempat mendekati level 6.500.
Data perdagangan mencatat pelaku pasar melakukan aksi beli bersih Rp 4,89 triliun, jika ditambah dengan pasar nego dan tuan totalnya nyaris Rp 8 triliun. Nilai transaksi dalam 5 hari perdagangan tercatat sebesar Rp 125 triliun, bahkan pada hari Kamis (14/1/2021) nilai transaksi harian bahkan mencatat rekor terbesar Rp 28,23 triliun.
Sentimen-sentimen tersebut mulai dari vaksinasi massal yang resmi dilakukan di Indonesia, hingga rencana stimulus fiskal jumbo US$ 1,9 triliun di AS masih akan mempengaruhi pergerakan IHSG pada pekan lalu, dan masih akan berpengaruh pada hari ini, Senin (18/1/2021).
Selain itu, pada hari ini China akan menjadi perhatian utama, sebab akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020. Hasil survei Reuters menunjukkan produk Domestik Bruto (PDB) China kuartal IV-2020 tumbuh 6,1% year-on-year (YoY), lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4,9%. Rilis data yang lebih tinggi dari prediksi tentunya akan memberikan sentimen positif ke pasar, dan bisa mendongkrak laju IHSG. Sebaliknya jika PDB China mengecewakan, aksi profit taking yang membuat IHSG merosot Jumat pekan lalu bisa kembali berlanjut.
Saat negara-negara lain masuk ke jurang resesi, China berhasil lolos, sebab produk domestik bruto (PDB) hanya sekali mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 6,8% di kuartal I-2020. Setelahnya, ekonomi China kembali bangkit dan membentuk kurva v-shape.
Tidak hanya itu, ekspor China juga mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Di tahun 2020, ekspor China dilaporkan naik 3,6% dari tahun sebelumnya menjadi US$ 2,6 triliun, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Sementara itu, impor hanya turun 1,1% di tahun 2020 lalu. Artinya aktivitas ekonomi China sudah berputar cukup kencang saat negara-negara lain tersendat akibat menghadapi virus corona.
Roda perekonomian banyak negara masih tersendat-sendat di tahun 2020 lalu, tapi China masih sukses membukukan rekor ekspor. Apalagi ketika perekonomian global mulai pulih setelah adanya vaksinasi massal, besar kemungkinan ekspor China akan kembali meroket. Sehingga di tahun ini diprediksi akan terjadi China "boom" atau meroketnya pertumbuhan ekonomi China, dengan peningkatan ekspansi sektor manufaktur akibat peningkatan ekspor, serta dimulainya vaksinasi massal di berbagai negara.
China berperan penting dalam perekonomian dunia. Nilai PDB-nya terbesar kedua di dunia, kemudian China juga merupakan konsumen komoditas terbesar di dunia.
Saat perekonomiannya menunjukkan pertumbuhan, tentunya akan berdampak pada negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. Permintaan akan komoditas juga akan meningkat, termasuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan batu bara, yang merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan dibandingkan analisis kemarin.
Pergerakan IHSG pada Selasa dan Rabu membentuk pola Doji. Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis.
Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah.
![]() Foto: Refinitiv |
IHSG masih bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), yang menjadi modal untuk kembali menguat dalam jangka panjang.
Indikator stochastic pada grafik harian kini sudah memasuki wilayah jenuh jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu pada grafik 1 jam, stochastic justru berada di wilayah oversold, sehingga ada peluang untuk menguat.
Resisten terdekat di kisaran 6.400, jika ditembus IHSG berpeluang menuju 6.500, bahkan tidak menutup kemungkinan lebih tinggi lagi.
Sementara jika tertahan di bawah resisten 6.450, IHSG berisiko melanjutkan koreksi. Support terdekat berada di kisaran 6.365, jika ditembus IHSG bersiko turun di kisaran 6.330. Support kuat berada di kisaran 6.290 ( MA 50 grafik 1 Jam).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Pamer Kinerja IHSG, Lebih Cuan dari Negara Tetangga