Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini, pasar keuangan Indonesia bergerak bervariasi. Bagaimana dengan pekan depan?
Sepanjang minggu ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,85% dan sudah kembali di atas level 6.300, sesuatu yang kali terakhir dicapai pada awal 2020. Artinya, IHSG sudah kembali ke masa sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Namun, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 0,21%. Kini dolar AS berada di atas Rp 14.000 atau lebih tepatnya Rp 14.010.
Dari dalam negeri sentimen positif yang mendorong penguatan IHSG dan membantu rupiah memangkas koreksinya adalah dimulainya program vaksinasi Covid-19 secara masal.
Program vaksinasi Covid-19 di RI dimulai minggu ini. Setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan restu untuk menggunakan vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinovac, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi orang pertama di Indonesia yang disuntikkan vaksin.
Dalam unggahannya di instagram, Jokowi mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja pasca disuntik dan hanya mengalami gejala ringan yang tidak serius. Setelahnya para jajaran pejabat hingga publik figur pun ikut divaksinasi.
Indonesia telah mengamankan sebanyak 3 juta dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac akhir tahun lalu dan ditargetkan untuk memperoleh setidaknya 400 juta dosis vaksin untuk program vaksinasi masal masyarakat RI.
Tidak hanya mendapat vaksin dalam bentuk jadi, sebanyak 15 juta bahan baku vaksin Covid-19 juga sudah diterima RI. Kenaikan harga komoditas terutama untuk batu bara dan nikel juga membuat saham-saham di sektor pertambangan melesat.
Sentimen kedua yang juga turut mengerek kinerja IHSG dan rupiah adalah rencana stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun yang diajukan oleh Presiden Terpilih AS Joe Biden. Stimulus ini diharapkan mampu mendongkrak perekonomian yang sudah sekarat akibat pandemi Covid-19.
Pekan depan, Amerika Serikat (AS) akan melakukan pelantikan presiden barunya yang rencananya akan dilaksanakan pada Rabu (20/1/21) mendatang.
Wakil Presiden AS Mike Pence juga dikabarkan akan menghadiri pelantikan Presiden AS terpilih Joe Biden, sebagaimana disebutkan oleh seseorang sumber pemerintahan kepada NBC News.
Keputusan Pence untuk menghadiri upacara pelantikan Biden di The Capitol AS pada 20 Januari mendatang semacam menjadi 'oase' bagi publik sejak kerusuhan yang mengguncang Washington pekan lalu.
Hal ini kemungkinan menjadi sentimen positif seiring euforia pergantian kepemimpinan presiden AS, sehingga kemungkinan pasar akan merespons positif dari pelantikan Presiden terpilih, Joe Biden.
Selain sentimen dari pelantikan Presiden terpilih AS, data pertumbuhan ekonomi di China turut menjadi perhatian bagi pelaku pasar.
Konsensus dari Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Panda pada kuartal keempat tahun 2020 akan tumbuh di angka 6,1% secara tahunan. Adapun secara kuartalan, ekonomi China akan tumbuh 3,2%.
Hal ini membuktikan bahwa perekonomian China semakin pulih, walaupun saat ini China menghadapi kembali lonjakan kasus dari virus corona, setelah sekian lama mencatatkan kasus harian Covid-19 yang rendah.
Namun, sentimen negatif dari global kemungkinan masih akan hadir di pasar, di mana kabar dari beberapa negara mulai melakukan kembali pembatasan wilayah (lockdown) seiring kembali melonjaknya kasus terjangkit Covid-19.
Di China, pada Rabu (13/1/21), Komisi Kesehatan Nasional melaporkan total 115 kasus baru yang dikonfirmasi di daratan, dibandingkan dengan 55 hari sebelumnya, peningkatan harian tertinggi sejak 30 Juli. Dikatakan 107 dari kasus baru adalah infeksi lokal.
Sebagian besar kasus baru dilaporkan di dekat ibu kota, Beijing, tetapi sebuah provinsi di timur laut jauh juga mengalami peningkatan infeksi. Hebei, provinsi yang mengelilingi Beijing, menyumbang 90 kasus, sementara provinsi Heilongjiang timur laut melaporkan 16 kasus baru.
Kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan membuat China kembali memutuskan untuk mengetatkan langkah-langkah pembatasan sosial. Setidaknya tiga kota di Provinsi Hebei yakni Shijiazhuang, Xingtai dan Langfang dikarantina (lockdown).
Sementara itu Beijing juga meningkatkan kewaspadaan melalui skrining untuk mencegah terbentuknya klaster di wilayah tersebut.
Gelombang infeksi kemungkinan akan meredam liburan Tahun Baru Imlek bulan depan, ketika ratusan juta orang biasanya melakukan perjalanan ke kota asal mereka.
Sementara itu di dalam negeri, Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) akan mengumumkan kebijakan tingkat suku bunga untuk periode Januari 2021.
Diperkirakan, BI tetap akan mempertahankan suku bunga acuannya di angka 3,75%. Sebelumnya pada Desember 2020 lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo dalam RDG-BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,75%.
Keputusan ini mempertimbangkan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan perbaikan ekonomi terus berlanjut dengan ekonomi yang tumbuh 5% di 2021.
"Ke depan perekonomian dipengaruhi oleh vaksinasi dan berlanjutnya stimulus fiskal dan moneter. Ini didorong kenaikan volume perdagangan dan harga komoditas dunia," kata Perry.
Selain dari suku bunga acuan BI, sentimen dari melonjaknya kasus positif Covid-19 di Tanah Air kemungkinan dapat mempengaruhi pergerakan pasar pekan depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA