
3 Saham Grup Bakrie Jadi Jawara, Mari Kita Cek Valuasinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga saham Grup Bakrie pada perdagangan Rabu (13/1/21) kemarin menjadi top gainers. Tiga saham tersebut yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) melesat pada perdagangan kemarin.
Saham BUMI menguat 45% dalam sepekan, dan meroket 106% dalam 3 bulan terakhir perdagangan. Begitu pula dengan saham anak usahanya di tambang emas yakni BRMS, juga melesat 29% dalam sepekan, dan 87,72% dalam 3 bulan terakhir.
Adapun saham emiten Grup Bakrie di bidang migas, ENRG, naik 21% sepekan, dan terbang 200% dalam 3 bulan terakhir perdagangan di tengah laporan keuangan perusahaan yang membaik.
Sepanjang tahun lalu, saham-saham Grup Bakrie juga ada yang melesat bahkan jauh di atas kinerja IHSG, salah satunya ENRG. Tahun lalu, saham ENRG meroket 153%.
Hingga periode September 2020, kinerja ENRG memang oke. Produksi minyak perseroan mencapai 4.031 barel minyak per hari (boepd), capaian ini lebih tinggi 71% dibanding periode sama tahun 2019 sebesar 2.354 boepd.
Adapun, produksi gas ENRG sebanyak 179 juta kaki kubik per hari (mmcfd) lebih tinggi 28% dari sebelumnya 140 mmcfd.
Untuk BUMI, manajemen juga baru saja melaporkan kepemilikan saham ritel atas nama Bambang Sihono sebesar 5,52%.
Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI, adalah Bambang Sihono yang telah menambah kepemilikan saham yang sebelumnya 5,46% atau 3,72 miliar lembar saham menjadi 5,52% atau 3,76 miliar lembar saham.
Berdasarkan data KSEI, pada pertengahan 2019 lalu, Bambang Sihono memiliki kepemilikan 2,98% di BUMI. Bambang menambah kepemilikan hingga mencapai 5,27% di pertengahan September 2020.
Kinerja Keuangan BUMI
Dalam laporan keuangan Bumi Resources per 30 September 2020, perseroan mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar US$ 137,25 juta atau setara Rp 2,03 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.800/US$ pada periode 9 bulan pertama 2020.
Pendapatan bersih perseroan juga turun menjadi US$ 587,89 juta pada kuartal ketiga tahun 2020. Beban pokok pendapatan perseroan juga turun menjadi US$ 553,04 juta per 30 September 2020.
Hal ini dikarenakan naiknya biaya pengupasan dan penambangan per 30 September 2020, yakni naik menjadi US$ 433,13 juta.
Dari posisi neraca, total liabilitas jangka pendek perseroan per 30 September 2020 naik menjadi US$ 1,37 miliar. Namun, total liabilitas jangka panjang perseroan pada kuartal III-2020 malah turun menjadi US$ 1,61 miliar.
Sedangkan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun menjadi US$ 426,35 juta per 30 September 2020.
Adapun total aset perseroan per 30 September 2020 turun 7,8% menjadi US$ 3,41 miliar dari periode 31 Desember 2019 sebesar US$ 3,7 miliar.
Kinerja Keuangan BRMS
Dalam laporan keuangan BRMS per 30 September 2020, laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar US$ 2,42 juta, naik dari periode yang sama pada tahun 2019 sebesar US$ 1,02 juta.
Pendapatan bersih perseroan juga naik menjadi US$ 4,18 juta pada kuartal ketiga tahun 2020. Beban pokok pendapatan perseroan juga naik menjadi US$ 1,11 juta per 30 September 2020.
Hal ini disebabkan adanya biaya bahan baku sebesar US$ 873,31, berkurangnya biaya overhead menjadi US$ 192,77, biaya pertambangan sebesar US$ 21,3 dan biaya pemurnian sebesar US$ 18,35.
Dari posisi neraca, total liabilitas jangka pendek perseroan per 30 September 2020 turun menjadi US$ 62,64 juta. Sedangkan Total liabilitas jangka panjang perseroan per 30 September 2020 juga turun menjadi US$ 33,77 juta.
Sedangkan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 7% menjadi US$ 835,15 juta per 30 September 2020. Adapun total asset BRMS per 30 September 2020 sebesar US$ 672,57 juta atau turun 5,7%.
Kinerja Keuangan ENRG
Sampai dengan September 2020, Energi Mega Persada tercatat membukukan perolehan laba bersih sebesar sebesar US$ 42,03 juta atau setara Rp 591,78 miliar dengan asumsi kurs Rp 14.800/US$ pada periode 9 bulan pertama 2020.
Perolehan tersebut melesat sebesar 253% dari tahun sebelumnya US$ 11,88 juta, atau setara Rp 167,27 miliar.
Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan naiknya penjualan bersih perseroan sebesar 24% menjadi US$ 239,09 juta dari sebelumnya US$ 191,99 juta.
Tahun ini, ENRG berencana menganggarkan belanja modal atau capital expenditure/capex sebesar US$ 100 juta atau setara Rp 1,41 triliun.
Dari posisi neraca, total liabilitas jangka pendek perseroan per 30 September 2020 naik 3% menjadi US$ 414,09 juta. Sedangkan Total liabilitas jangka panjang perseroan per 30 September 2020 juga naik menjadi US$ 272,54 juta.
Sedangkan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi US$ 202,68 juta per 30 September 2020. Adapun total asset ENRG per 30 September 2020 naik menjadi US$ 889,3 juta atau setara Rp 13,16 triliun.
Secara fundamental, saham BUMI masih tergolong murah, namun valuasi harga dibanding nilai bukunya (price to book value/PBV) BUMI berada di angka negatif, yakni sebesar -1,34 kali, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata saham pertambangan lainnya di angka 0,88 kali dilansir dari Refinitiv.
Sedangkan, PBV saham BRMS di angka 0,61 kali, lebih murah sedikit dibandingkan dengan rata-rata saham pertambangan lainnya. Adapun PBV saham ENRG juga relatif murah, bahkan lebih murah dibandingkan dengan saham BUMI dan BRMS, yakni di angka 0,37 kali.
PBV adalah rasio harga terhadap nilai buku, biasa digunakan untuk melihat seberapa besar kelipatan dari nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Misalkan PBV sebesar 2x, artinya harga saham sudah tumbuh sebesar 2 kali lipat dibandingkan kekayaan bersih perusahaan.
Sedangkan apabila menggunakan metode valuasi laba bersih dibandingkan dengan harga sahamnya (price to earnings ratio/PER), karena BUMI masih merugi, oleh karena itu metode valuasi tersebut tidak bisa dianalisa secara signifikan, karena angkanya negatif yakni di -2,55.
Sementara, PER saham BRMS sudah terbilang mahal, yakni sudah di angka 143,45 kali, lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata saham pertambangan lainnya yang memiliki PER sebesar 6,91 kali.
Adapun PER saham ENRG juga lebih murah dibandingkan dengan rata-rata saham pertambangan lainnya, bahkan lebih murah dengan saham BUMI dan BRMS, yakni di angka 1,99 kali.
PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tiba-tiba 5 Saham Grup Bakrie Bangkit dari 'Kubur', Ada Apa?