
Sekedar Mengingatkan, Ini Ngerinya Taper Tantrum Bagi Rupiah

Pada Juni 2013 The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke akhirnya mengeluarkan wacana tapering QE. Saat wacana tersebut muncul dolar AS menjadi begitu perkasa, hingga ada istilah "taper tantrum". Maklum saja, sejak diterapkan suku bunga rendah serta QE, nilai tukar dolar AS melempem. Sehingga saat muncul wacana pengurangan QE hingga akhirnya dihentikan dolar AS langsung mengamuk atau yang dikenal dengan istilah "taper tantrum" mata uang lainnya dibuat rontok oleh the greenback.
The Fed akhirnya mulai mengurangi QE sebesar US$ 10 miliar per bulan dimulai pada Desember 2013, hingga akhirnya dihentikan pada Oktober 2014. Akibatnya, sepanjang 2014, indeks dolar melesat lebih dari 12%.
Tidak sampai di situ, setelah QE berakhir muncul wacana normalisasi alias kenaikan suku bunga The Fed, yang membuat dolar AS terus berjaya hingga akhir 2015 saat suku bunga acuan akhirnya dinaikkan 25 basis poin menjadi 0,5%. Setelahnya, The Fed mempertahankan suku bunga tersebut selama 1 tahun, penguatan indeks dolar pun mereda.
Rupiah menjadi salah satu korban keganasan taper tantrum kala itu. Sejak Bernanke mengumumkan tapering Juni 2013 nilai tukar rupiah terus merosot hingga puncak pelemahan pada September 2015.
Di akhir Mei 2013, kurs rupiah berada di level Rp 9.790/US$ sementara pada 29 September 2015 menyentuh level terlemah Rp 14.730/US$, artinya terjadi pelemahan lebih dari 50%.
Berkaca dari pengalaman tersebut, The Fed kali ini akan berusaha meredam terjadinya taper tantrum.
The Fed merilis notula rapat kebijakan moneter pertengahan Desember lalu pada Kamis (7/1/2020) dini hari. Dalam notula tersebut menunjukkan para anggota dewan The Fed sepakat akan terus menginformasikan ke pasar kapan program pembelian aset (quantitative easing) akan mulai dikurangi.
"Banyak pihak mencatat pentingnya Komite (pembuat kebijakan) memberikan informasi yang jelas mengenai penilaian kondisi saat ini dan progres target jangka panjang yang dinilai cukup substansial untuk menjamin perubahan laju pembelian aset," kata The Fed dalam notula tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]