Didukung Dalam dan Luar Negeri, Rupiah kok Mengendur?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 January 2021 12:47
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (13/1/2020), setelah membukukan pelemahan dalam 4 hari beruntun.

Dolar AS yang akhirnya tertekan lagi dan dimulainya vaksinasi massal di Indonesia membuat rupiah bertenaga.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,28% ke Rp 14.080/US$. Apresiasi rupiah bertambah hingga 0,5% ke Rp 14.050/US$, sebelum mengendur dan berada di level Rp 14.075/US$ menguat 0,32% pada pukul 12.00 WIB.

Indeks dolar AS akhirnya mengalami koreksi Selasa kemarin setelah menguat 4 hari beruntun. Koreksi tersebut masih berlanjut hingga hari ini.

Pada Rabu (6/1/2021), indeks dolar AS menyentuh level 89,209, terendah sejak Maret 2018. Tetapi di hari itu juga, indeks dolar AS bangkit dan membukukan penguatan 0,11%, dan berlanjut hingga Senin kemarin. Total penguatan selama 4 hari perdagangan tersebut sebesar 1,04%, sebelum terkoreksi 0,41% kemarin.

Patut diingat, faktor-faktor yang membuat dolar AS jeblok hingga nyaris ke level terendah 3 tahun masih ada di tahun ini. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih mempertahankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar per bulan, dan suku bunga 0,25% tidak akan dinaikkan hingga tahun 2023.

Kemudian, Presiden AS terpilih Joseph 'Joe' Biden dengan Partai Demokrat juga diperkirakan akan menambah nilai stimulus fiskal.

Sehingga perekonomian AS masih akan banjir likuiditas, secara teori dolar AS masih akan tertekan.

Sementara itu dari dalam negeri, vaksinasi massal resmi dimulai pagi ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Warga Negara Indonesia pertama yang mendapat suntikan vaksin CoronaVac buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac. Setelah Jokowi, ada beberapa pejabat yang ikut divaksinasi.

Meski prosesnya akan memakan waktu yang cukup panjang untuk agar vaksinasi di seluruh Indonesia selesai, tetapi harapan akan hidup berangsur-angsur normal kembali, dan perekonomian bisa bangkit kembali.

"Distribusi vaksin adalah kunci pemulihan ekonomi. Tanpa vaksin, masyarakat masih akan defensif sehingga pertumbuhan penawaran tidak seimbang dengan permintaan. Tanpa distribusi vaksin yang cepat, pemulihan ekonomi akan lebih mengarah ke U-shaped ketimbang V-shaped," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular