PSBB, eh PPKM, Berlaku Hari Ini, Akankah Rupiah Ciut Nyali?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 January 2021 09:15
Uang Rupiah/CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) gaya baru yang diberi nama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang mulai diterapkan hari ini tidak membuat rupiah ciut nyali.

Pada Senin (11/1/2021), US$ 1 setara dengan Rp 13.980 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu atau stagnan.

Namun tidak lama kemudian rupiah berhasil masuk jalur hijau. Pada pukul 09:12 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.970 di mana rupiah menguat 0,07%.

Sepanjang minggu kemarin, rupiah menguat 0,43% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Rupiah menjadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari yuan China.

Mengawali pekan yang baru, tren apresiasi rupiah masih berlanjut. Walau mulai hari ini hingga 25 Januari 2021, pemerintah menerapkan PPKM.

Agak berbeda dengan PSBB, PPKM lebih berskala kecil. Pemerintah hanya memperketat aktkvitas dan mobilitas masyarakat di sejumlah wilayah di Jawa-Bali.

Di Provinsi Banten ada Tangerang Raya. Sementara Jawa Barat ada Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi.

Kemudian Jawa Tengah adalah Semarang Raya, Solo Raya, dan Banyumas Raya. Lalu Daerah Istimewa Yogyakarta ada Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Kulonprogo.

Sementara Jawa Timur ada Surabaya Raya dan Malang Raya. Terakhir di Bali ada Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Di daerah-daerah ini, perkantoran non-esensial diimbau menerapkan kerja dari rumah (work from home) 75%. Kegiatan belajar-mengajar belum bisa tatap muka di sekolah, masih jarak jauh.

Pusat perbelanjaan wajib tutup pukul 19:00 WIB. Restoran masih boleh menerima pengunjung yang makan-minum di tempat, tetapi maksimal 25% dari total kapasitas. Demikian pula rumah ibadah, boleh menampung jamaah tetapi dibatasi paling banyak 50%

Berbagai pembatasan tersebut tentu akan membuat roda ekonomi kembali melambat. Dalam kasus ekstrem, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia kembali mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) pada kuartal I-2021. Indonesia belum bisa lepas dari jerat resesi.

Meski ada risiko resesi, tetapi mengapa rupiah bisa tetap menguat? Sentimen apa yang lebih besar dari resesi?

Jawabannya adalah vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Gara-gara penyebaran virus ini, pemerintah jadi terpaksa menerapkan PSBB, eh PPKM.

Virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini benar-benar kejam. Per 10 Januari 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona mencapai 828.026 orang. Bertambah 9.640 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (28 Desember 2020-10 Januari 2021), rata-rata pasien baru bertambah 8.190 orang per hari. Melonjak tajam dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 6.825 orang.

Perkembangan ini yang membuat pemerintah merasa pedal rem harus diinjak. Masyarakat diminta slowdown dulu, kurangi aktivitas di luar rumah untuk mengurangi risiko penyebaran virus.

Selama pandemi belum teratasi, keadaan bakal sepeeti ini terus. Gas-rem, tarik-ulur, kencang-kendur.

Oleh karena itu, kunci untuk keluar dari nestapa ini adalah pandemi harus diakhiri. Vaksin adalah solusinya.

Vaksin (jika efektif) akan memberikan kekebalan tubuh untuk melawan virus corona. Ketika sebagian besar penduduk sudah diberi vaksin, maka akan tercipta kekebalan kolektif (herd immunity) dan rantai penularan akan terputus. Pandemi pun bisa diakhiri.

Pekan ini, sepertinya proses vaksinasi di Indonesia bisa segera dimulai. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah memberi fatwa bahwa vaksin halal dan suci. Tinggal menunggu restu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Ketika BPOM sudah memberikan izin penggunana darurat (Emergy Use Authorization/EUA), tahapan vaksinasi bisa dimulai. Rencananya Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menjadi yang pertama disuntik vaksin.

Vaksinasi membawa harapan bahwa Indonesia sudah bisa balik melawan virus corona, tidak sekadar pasrah saja. Indonesia sudah punya senjata, Indonesia sudah lebih agresif dengan mencoba melakukan serangan balik, tidak hanya bertahan.

Dengan begitu, cepat atau lambat aktivitas dan mobilitas masyarakat bisa dipulihkan seperti dulu. Ketika aktivitas dan mobilitas sudah menuju normal seperti pra-pandemi, maka ekonomi akan 'lari' dengan sendirinya, tidak usah disuruh-suruh. Indonesia akan segera bebas dari resesi.

Begitu tingginya harapan pelaku pasar (dan seluruh rakyat Indonesia) terhadap vaksin anti-virus corona membuat rupiah masih mampu menguat meski PPKM berlaku hari ini. Semoga opimisme yang besar ini terbayar tuntas dengan vaksin yang efektif sehingga Ibu Pertiwi segera bebas dari pandemi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular