Pengen Cuan di 2021? Ini Bocoran Strategi Investasi DBS

Putra, CNBC Indonesia
06 January 2021 10:45
Dok DBS Indonesia
Foto: Dok DBS Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia- The Development Bank of Singapore atau lebih dikenal dengan DBS baru saja menerbitkan laporan mengenai Alokasi Aset Taktis Global di kuartal pertama tahun 2021.

Berikut alokasi aset taktis yang masih menarik untuk dilirik (overweight) dan yang sudah tidak cantik lagi (underweight) ataupun netral.

DBSFoto: Dok DBS/CNBC Indonesia
DBS

Dari tabel di atas dapat dilihat tidak banyak perubahan status kelas aset dari kuartal keempat 2020 dengan kuartal pertama tahun 2021. Menurut DBS aset saham secara global statusnya netral.


Meskipun demikian aset saham di bursa Asia selain Jepang dan saham di bursa Amerika Serikat (AS) masih menarik dilirik (overweight). Selain itu menurut DBS aset yang masih menarik untuk ditempatkan dananya adalah aset-aset alternatif seperti emas.

Berikut presentase penempatan dana di kelas aset yang seimbang menurut DBS di kuartal I-2021.

DBSFoto: Dok DBS/CNBC Indonesia
DBS

Kondisi makroekonomi secara global sendiri untuk pertumbuhan ekonomi dianggap oleh DBS akan membaik disokong oleh konsumsi karena kepercayaan masyarakat akan hadirnya vaksin.

Secara kebijakan moneter The Fed dianggap masih akan mengakomodasi kebijakan moneter longgar hingga paling tidak pertengahan 2021 sampai ekonomi benar-benar stabil. Kemungkinan besar The Fed tidak akan secara perlahan mengetatkan kebijakan moneter.

Secara geopolitik tensi hubungan AS-China kemungkinan besar tidak akan dieskalasi oleh pemerintahan baru AS dibawah Joe Biden, hal ini nantinya akan dipantau oleh para pelaku pasar.

Tingkat inflasi akan mulai bergerak naik kembali hingga akhir 2021, tingkat inflasi AS dan China diekspektasikan berada masing-masing di kisaran 1,7% dan 2,5%.

Kebijakan fiskal AS akan menjadi fokus para investor setelah prospek stimulus fiskal jumbo AS bergantung pada pemilihan senat di negara bagian Georgia.

Poin-poin penting di triwulan pertama 2021 menurut DBS adalah sebagai berikut:

1. Saham: Optimisme Baru

Dengan berakhirnya ketidakpastian pemilu Amerika Serikat (AS) serta distribusi vaksin Covid-19, DBS Chief Investment Office (CIO) yakin bahwa pasar saham akan menguat pada 2021. DBS CIO melihat beberapa kesamaan antara saat pertama pasar saham menguat dengan kondisi saat ini:

I. Berdasarkan definisinya, pasar menguat saat harga saham-saham naik sebesar 20% atau lebih. Kenaikan harga saham yang tinggi sejak 23 Maret 2020, menandai awal penguatan pasar.

II. Seperti kata pepatah lama: "Harga saham tinggi (kuat) lahir dari sikap pesimisme, tumbuh akibat skeptisisme, matang karena optimisme, dan mati akibat euforia". Dalam pandangan DBS CIO, banyaknya dana yang disimpan dalam bentuk uang tunai dan reksadana pasar uang saat ini tidak berarti bahwa pasar saham berada pada fase "euforia". Sebaliknya, kita cenderung berada dalam fase "skeptisisme" - dalam hal ini, kecenderungan penguatan harga saham akan bertahan.

III. Imbal hasil obligasi anjlok: Panduan umum untuk para pimpinan bank sentral adalah memangkas suku bunga kebijakan selama masa-masa tekanan makro. Di tengah pandemi Covid-19, imbal hasil obligasi turun 247 basis poin (bps) dalam rentang waktu 17 bulan. Penurunan tajam imbal hasil obligasi secara historis dikaitkan dengan akhir dari pesimisme dan awal dari penguatan pasar saham.

IV. Pembalikan momentum makro: Selama dislokasi pasar, aset berisiko cenderung diperdagangkan sesuai dengan "delta" indikator makro saat indikator tersebut mencapai titik ekstrim. Dengan kata lain, selama kondisi makro tidak semakin memburuk, penjualan akan mencapai titik balik dan mulai berubah arah. Dalam kondisi pandemi Covid-19, perilaku perdagangan tetap sama, terbukti dengan indeks saham AS, yang meningkat 18% selama April dan Mei 2020 meskipun PMI Manufaktur mengalami kontraksi. Ini menandakan bahwa sentimen telah mencapai titik terendah dan penguatan menandai awal siklus baru.

2. Pasar semakin menguat pada 2021

2021 mengawali tahun pemulihan karena perusahaan secara berangsur-angsur bangkit dari pandemi dengan lebih kuat dan sigap. Berikut tema-tema yang merupakan fokus strategi DBS CIO memasuki tahun baru ini:

  1. Imbal hasil obligasi riil yang negatif akan menopang aset berisiko
  2. Premi risiko saham memicu aliran dana masuk ke ekuitas
  3. Penghasilan perusahaan akan menguat karena bisnis mulai beroperasi secara normal
  4. Rotasi ke saham-saham dengan valuasi yang lebih murah menandai penguatan berkelanjutan. Pasar saham telah memasuki fase penguatan yang sehat dan luas karena sektor Value/laggard (saham dengan valuasi rendah) mulai mengejar sektor Growth (pertumbuhan).
  5. Tambahkan "Saham yang diuntungkan oleh Vaksin" untuk penguatan (rebound) taktis. Ini termasuk perusahaan perjalanan, properti Asia, bank global, dan saham energi.
  6. Perang melawan Big Tech (perusahaan besar teknologi AS) telah dimulai. Ini terjadi menyusul peningkatan dominasi perusahaan teknologi AS. Terlepas dari hal tersebut, investor harus tetap tenang karena pemisahan anak usaha perusahaan Big Tech dapat berujung pada penciptaan nilai.
  7. Kredit adalah "investasi aman" yang baru. Langkah Bank Sentral AS memasukkan obligasi korporasi ke dalam perangkat kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing, QE) mereka mengindikasikan kredit sebagai aset yang menghasilkan pendapatan "aman". Titik manis dalam hal rasio imbal hasil/tingkat gagal bayar (yield/default rate ratio) adalah kredit berperingkat BBB/BB di Asia dan Eropa. Periode portofolio dipertahankan rata-rata selama 5 tahun.
  8. Emas terus menjadi sarana lindung nilai baik terhadap gejolak. Meskipun pengembangan vaksin berhasil dan ekonomi diharapkan pulih pada tahun depan, kebijakan moneter global diperkirakan akan tetap akomodatif sepanjang 2021 untuk mendukung pemulihan. Pelunakan kuantitatif (QE) memiliki efek menyediakan likuiditas ke dalam sistem, menurunkan imbal hasil obligasi, melemahkan dolar, dan meningkatkan inflasi. Faktor-faktor ini mendorong kenaikan harga emas. Selain itu, karakteristik gandanya sebagai pendorong diversifikasi dengan tetap menghargai nilai saat harga ekuitas naik akan membuat emas sebagai kelas aset yang dicari, yang akan memungkinkan portofolio keseluruhan menjadi tahan banting dalam lingkungan bergejolak.

3. I.D.E.A - Juara Dunia Baru

DBS Chief Investment Office (CIO) bersemangat melihat ekonomi digital menjadi trend di dunia. DBS CIO telah menciptakan akronim I.D.E.A. untuk merangkum jenis perusahaan yang akan unggul di dunia digital ini. Perusahaan yang memiliki karakteristik sebagai Inovator, Pembaharu (Disruptor), Pembuka Kesempatan (Enabler), dan Penyadur (Adapter) telah melihat harga saham mereka melonjak, dan diharapkan trend ini terus berlanjut.

4. Sektor bioteknologi

DBS CIO tetap mendukung sektor Layanan Kesehatan - terutama bioteknologi. Seruan ini telah mulai mendapatkan dukungan besar di tengah pandemi saat ini. Terlihat juga beberapa tema pertumbuhan sekuler yang berdampak pada industri dengan konsekuensi jangka panjang yang menguntungkan terhadap layanan kesehatan dan pengembangan obat. Ini termasuk kecenderungan demografis, yang luas, dan kemajuan besar dalam ilmu kedokteran. Hal ini menciptakan optimistisme terhadap trend terkait penemuan dan pengembangan obat-obatan baru.

5. Tetap berinvestasi melalui portofolio Barbell

Strategi DBS CIO Barbell memerlukan alokasi aset berdasarkan atas dua bidang fokus: (a) Pertumbuhan dan (b) Pendapatan. Komponen "Pertumbuhan" terdiri atas ekuitas yang mendapat manfaat dari tren pertumbuhan sekuler, seperti perusahaan I.D.E.A., sementara komponen "Pendapatan" terdiri atas obligasi korporasi dan ekuitas yang menghasilkan dividen, termasuk REITs. DBS CIO menyertakan emas sebagai "aset yang mendiversifikasi risiko" untuk menambah ketahanan portofolio terhadap dunia yang bergejolak.


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular