Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak ditutup di zona hijau pada perdagangan pertama di tahun 2021, Senin (4/1/2021) kemarin.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup meroket 2,10% di level 6.104,89 kemarin. Jika dibandingkan dengan indeks Asia lainnya, penguatan IHSG berada di posisi kedua, sedangkan posisi pertama diduduki oleh KOSPI Korea Selatan.
Hanya indeks Nikkei Jepang dan indeks FTSE Malaysia yang melemah pada perdagangan kemarin.
Sejalan dengan pasar saham, pasar obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) juga ditutup cerah kemarin. Walapun imbal hasil (yield) di berbagai tenor hampir seluruhnya mengalami penurunan, namun untuk yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara malah naik 0,7 basis poin ke level 5,949%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Seperti IHSG dan SBN, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga menguat pada perdagangan kemarin, yakni sebesar 1,1% ke level Rp 13.885/US$.
Hari ini, nyaris seluruh mata uang utama Asia menguat di hadapan dolar AS. Hanya dolar Taiwan yang masih nyangkut di zona merah.
Namun tidak ada mata uang negara tetangga yang bisa terapresiasi lebih dari 1%. Oleh karena itu, rupiah secara sah dan meyakinkan menjadi mata uang terbaik di Asia pada perdagangan kemarin.
Rupanya, kompaknya pasar keuangan Indonesia dengan bersama-sama menguat disebabkan dari rilis data ekonomi yang positif, yakni data Purchasing Manager' Index (PMI) manufaktur dan tingkat inflasi untuk periode Desember 2020.
Purchasing Managers' Index (PMI) sektor manufaktur versi markit untuk periode Desember 2020 cukup memuaskan. PMI manufaktur RI mengalami ekspansi sebesar 0,7 poin menjadi 51,3 dari sebelumnya di angka 50,6.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di atas 50, maka artinya dunia usaha berada di fase ekspansi yang hasilnya akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan. Artinya, manufaktur RI Kembali menggeliat setelah sebelumnya merana akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Selanjutnya BPS melaporkan inflasi Desember sebesar 0,45% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM).
Sementara inflasi tahun kalender yang otomatis menjadi inflasi tahunan (year-on-year/YoY) tercatat 1,68%. Hal ini menunjukkan perbaikan daya beli masyarakat setelah sebelumnya sempat deflasi selama 3 bulan berturut-turut.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Desember 2020 akan sebesar 0,405% MtM dan 1,68% YoY. Sementara konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi bulan lalu sebesar 0,37% MtM dan 1,61% YoY.
Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street berakhir di zona merah pada perdagangan pertama di tahun 2021, Senin (4/1/2020) waktu AS, di tengah pemilihan putaran kedua yang akan datang di negara bagian Georgia dan lonjakan kembali kasus virus korona.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup terjatuh 1,22% ke level 30.233,63. S&P 500 ambles 1,48% ke 3.700,65 dan Nasdaq Composite terkoreksi 1,47% ke 12.698,71.
Dow Jones sempat menyentuh rekor tertinggi di awal sesi bersama dengan S&P 500, Namun akhirnya juga terseret oleh penurunan lebih dari 4% saham Boeing Co setelah Bernstein memangkas peringkatnya menjadi "berkinerja buruk," akibat kekhawatiran dari kinerja arus kas perusahaan.
Hampir semua sektor di S&P 500 turun dengan sektor real estate, utilitas dan industri mencatat penurunan paling tajam. Kebijaksanaan konsumen dan material mencapai titik tertinggi sepanjang masa di awal perdagangan.
Sebelumnya juga, ketiga indeks utama sempat mencetak rekor tertinggi di Dow dan S&P 500 hingga memperpanjang reli tahun 2020 yang dipicu oleh stimulus moneter dan dimulainya peluncuran vaksin.
"Investor berada pada titik di mana mereka ingin beristirahat, sementara mereka menilai semua hal berbeda yang akan datang di tahun baru," kata Lindsey Bell, kepala strategi investasi di Ally Invest, di Charlotte, North Carolina.
Nasib agenda Presiden terpilih AS Joe Biden, seperti merubah kebijakan perpajakan, meningkatkan stimulus, dan pengeluaran infrastruktur bergantung pada perlombaan Senat kembar hari Selasa di negara bagian Georgia yang akan menentukan kendali majelis.
Di lain sisi, total kematian AS akibat COVID-19 telah mencapai lebih dari 350.000. Hal ini terjadi setelah pejabat kesehatan di Florida mengumumkan temuan kasus pertama varian baru Covid-19 yang lebih menular pada 31 Desember 2020 lalu.
Sementara itu, data ekonomi AS menunjukkan aktivitas manufaktur Paman Sam yang ditunjukkan dalam data Purchasing Manager' Index (PMI) versi markit meningkat pada laju tercepat dalam lebih dari enam tahun pada periode Desember 2020.
Data PMI Negeri Paman Sam tersebut juga berhasil menunjukkan ekspansi sebesar 0,4 poin menjadi 57,1, menyusul data PMI di kawasan Asia dan Eropa yang sudah terlebih dahulu dirilis.
Namun, beberapa investor berhati-hati tentang laju pertumbuhan ekonomi karena klaim pengangguran AS tetap tinggi, sementara babak baru pembatasan terkait pandemi bulan lalu dan varian baru virus korona telah membayangi prospek.
Sentimen yang perlu diperhatikan oleh pelaku pasar dalam negeri hari ini adalah tentunya dari pelemahan bursa saham acuan global, Wall Street.
Temuan strain baru virus corona (Covid-19) di AS menyebabkan angka kematian semakin bertambah. Berdasarkan data pada Minggu, 3 Januari 2021, AS mencatat lebih dari 20,6 juta kasus COVID-19, dengan kematian lebih dari 351 ribu kasus.
Kabar dari seputar politik AS juga turut menjadi sentimen yang datang hari ini, di mana akan ada pemilihan putaran kedua di negara bagian Georgia.
Selain itu, kabar dari kembali di terapkannya karantina wilayah (lockdown) di Inggris juga menjadi sentimen negatif yang datang dari negara barat.
Sebelumnya pada Senin, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memerintahkan kepada seluruh pejabat di Inggris untuk melakukan penguncian nasional baru demi menahan lonjakan kasus COVID-19 yang mengancam sistem kesehatan sebelum program vaksin.
Pengumuman itu datang hanya beberapa jam setelah pemerintah memuji keberhasilan Inggris menjadi negara pertama yang mulai meluncurkan vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca untuk melawan Covid-19.
Johnson mengatakan varian baru virus corona yang lebih menular yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan sekarang sudah menyebar ke negara lain dengan cepat harus ditindak secepatnya untuk memperlambatnya penyebaran strain virus baru tersebut.
"Saat saya berbicara di depan umum malam ini, rumah sakit kami berada di bawah tekanan lebih dari kondisi awal sejak dimulainya pandemi," kata Johnson dalam pidato yang disiarkan televisi di negara itu.
"Dengan sebagian besar negara sudah berada di bawah tindakan ekstrem, jelas bahwa kita perlu berbuat lebih banyak bersama untuk mengendalikan varian virus baru ini," katanya.
"Karena itu kita harus melakukan kembali penguncian nasional, yang cukup kuat untuk menahan strain baru ini. Itu berarti pemerintah sekali lagi menginstruksikan Anda untuk tinggal di rumah. ", lanjutnya.
Di dalam negeri, data ekonomi yang akan dirilis pada hari ini adalah data indeks keyakinan konsumen (IKK) untuk periode Desember 2020 dan data penjualan ritel periode November 2020.
Dua data ekonomi ini juga merupakan leading indicator atau indikator acuan untuk menilai seberapa besar kenaikan atau penurunan daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Konsensus dari Reuters memperkirakan IKK RI pada Desember 2020 tercatat di angka 90 atau turun 2 poin dari sebelumnya. Sedangkan konsensus penjualan ritel Indonesia berada di angka -8,5%.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data Penjualan Eceran Indonesia periode November 2020 (10:00 WIB).
- Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia periode Desember 2020 (10:00 WIB).
- Rilis data tingkat pengangguran Jerman periode Desember 2020 (15:55 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (kuartal III-2020, %YoY) | -3,49 |
Inflasi (2020, %YoY) | 1,68 |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Desember 2020, %) | 3,75 |
Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2020, %PDB) | -6,34 |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (kuartal III-2020, %PDB) | 0,36 |
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (kuartal III-2020, US$ Miliar) | 2,05 |
Cadangan Devisa (November 2020, US$ miliar) | 133,56 |
 TIM RISET CNBC INDONESIA