Kaleidoskop

Cuma Ngingetin Gaes, Tahun Lalu 10 Saham Ini Cuan & Tekor

tahir saleh, CNBC Indonesia
04 January 2021 07:30
smartfren
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Selain saham-saham top gainers, ada pula saham-saham yang terpuruk sepanjang tahun lalu, seiring dengan sentimen kinerja yang memburuk, dan katalis negatif lainnya.

10 Saham Top Losers 1 Tahun

1. Kapuas Prima Coal (ZINC), saham - 53,88% Rp 190, transaksi Rp 10,5 T

2. Smartfren Telecom (FREN), -45,53% Rp 67, transaksi Rp 10,2 T

3. Garuda Indonesia (GIAA), -25,56% Rp 402, transaksi Rp 6,1 T

4. HM Sampoerna (HMSP), -22,50% Rp 1.505, transaksi Rp 28,2 T

5. Bank BTN (BBTN), -20,51% Rp 1.725, transaksi Rp 22,1 T

6. Barito Pacific (BRPT), -20,29% Rp 1.100, transaksi Rp 21,4

7. XL Axiata (EXCL), -19,47% Rp 2.730, transaksi Rp 16,9 T

8. Bank Negara Indonesia (BBNI), -18,21% Rp 6.175, transaksi Rp 70,9 T

9. PGN (PGAS), -17,25% Rp 1.655, transaksi Rp 44,7 T

10. Telkom Indonesia (TLKM), -16.20% Rp 3.310, transaksi Rp 115,7 T

Emiten dengan kinerja terpuruk pertama yakni emiten tambang mineral perusahaan tambang mineral zinc dan perak, Kapuas Prima Coal atau ZINC. Kapuas Prima Coal didirikan sejak 2005 dan fokus pada pertambangan dan perdagangan

Perusahaan listing di BEI pada 1 Desember 2017. PT Erdhika Elit Sekuritas saat itu didaulat menjadi penjamin pelaksana emisi IPO (initial public offering).

ZINC melepas 20,75% saham pada harga Rp 140/saham. Dengan aksi korporasi ini, ZINC memperoleh pendanaan sebesar Rp 147 miliar, yang sebesar 80% digunakan sebagai belanja modal, dan sisanya 20% untuk modal kerja.

Adapun emiten telekomunikasi Grup Sinar Mas, Smartfren Telecom masuk deretan top losers. Kinerja FREN masih mencatatkan rugi bersih yang kembali naik 6,7% pada 9 bulan di 2020, atau per September, sebesar Rp 1,75 triliun dari periode yang sama tahun 2019, Rp 1,64 triliun.

Kerugian ini melanjutkan rugi bersih yang dibukukan pada semester I-2020 sebesar Rp 1,22 triliun, atau naik 14% dari semester I-2019 yakni rugi bersih Rp 1,07 triliun.

Ini artinya, sudah hampir 12 tahun atau sejak 2008, FREN tak pernah mencatatkan "angka biru" pada kinerja laba bersih.

Berdasarkan laporan keuangan FREN, rugi bersih ini dicatatkan di tengah pendapatan perusahaan yang justru meroket 37,55% menjadi Rp 6,85 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 4,98 triliun.

Secara rinci, pendapatan yang naik ialah pendapatan data mencapai Rp 2,24 triliun dari Rp 4,72 triliun dan pendapatan non data yang juga naik menjadi Rp 292,97 miliar dari Rp 211,37 miliar.

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular