Review 2020

Digencet Kanan-Kiri, IHSG Tutup Tahun Drop di Bawah 6.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 December 2020 15:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan kinerja negatif di pekan terakhir 2020. IHSG juga membukukan penurunan 2 pekan beruntun setelah sebelumnya mencatat reli panjang selama 11 pekan beruntun.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah berakhir pada Rabu (30/12/2020) kemarin, sehingga perdagangan hanya berlangsung selama 3 hari.

Di awal pekan ini, IHSG sebenarnya sempat melesat 1,44% dan mendekati level 6.100. Tetapi dalam 2 hari setelahnya, IHSG justru ambrol, sehingga membukukan pelemahan 0,49% di pekan ini ke level 5.979,073. Pada penutupan Rabu kemarin, IHSG minus 0,95% dalam sehari.

Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih lebih dari Rp 1 triliun di pekan ini, dengan nilai transaksi mencapai Rp 83 triliun.

Di awal pekan IHSG langsung melesat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akhirnya menandatangani rancangan undang-undang (RUU) stimulus fiskal senilai US$ 900 miliar yang di-bundle dengan anggaran belanja pemerintah senilai US$ 1,4 triliun.

Pada pekan lalu, Trump mengejutkan pasar, melalui akun Twitternya, ia menyebut stimulus senilai US$ 900 miliar sebagai "aib".

Dalam stimulus jilid II, Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diperoleh warga AS sebesar US$ 600/orang, setengah dari yang diterima sebelumnya yakni US$ 1.200/orang.

Untuk pasangan yang menikah BLT yang diperoleh sebesar US$ 1.200, dan US$ 600 untuk tanggungan anak. Sama dengan program CARES Act, BLT hanya diberikan sekali saja.

Hal tersebut yang dipermasalahkan oleh Trump. Ia juga meminta Kongres AS untuk menaikkan BLT senilai US$ 600 menjadi US$ 2.000 per orang, dan US$ 4.000 untuk pasangan yang menikah.

Pelaku pasar dibuat cemas, jika Trump tidak meneken RUU tersebut maka pemulihan ekonomi AS akan terhambat, bahkan pemerintahan AS akan shutdown akibat anggaran belanja yang tidak bisa dicairkan.

Oleh karena itu, dengan ditekennya RUU tersebut, sentimen pelaku pasar global langsung membaik dan membuat IHSG melesat di awal pekan.

Namun setelahnya IHSG harus merosot, aksi ambil untung menjadi salah satu pemicunya. Maklum saja, saat reli 11 pekan beruntun total IHSG melesat nyaris 24%.

Selain itu, pasar keuangan global juga dihantam sentimen negatif dari lonjakan kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19) di berbagai negara. Apalagi, dengan adanya mutasi virus corona di Inggris yang dikatakan bisa menyebar 70% lebih cepat.

Amerika Serikat (AS) pada hari Selasa lalu melaporkan kasus pertama virus "mutan" corona tersebut. Dari China, 10 distrik di Beijing akan dikarantina (lockdown) akibat terjadi lonjakan kasus baru. Untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan lamanya China kembali melaporkan penambahan kasus Covid-19.

Lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara membuat aksi ambil untung semakin membesar, dan membuat IHSG melemah di pekan terakhir 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular