Ini Dia 5 Emiten Paling Dipantau di 2020, Punya Sahamnya Gak?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 December 2020 13:00
Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2020 sudah berakhir pada Rabu (30/12/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di level 5.979,073, dan sepanjang 2020 membukukan pelemahan 5,09%.

Meski pelemahan cukup besar, tetapi kinerja IHSG di tahun yang jungkir balik akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19), yang membuat perekonomian Indonesia bahkan dunia nyungsep ke jurang resesi.

Pada bulan Maret lalu, saat Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), IHSG diterpa aksi jual masif hingga jeblok lebih dari 37% ke 3.937,632 pada 24 Maret lalu. Level tersebut merupakan yang terendah nyaris 8 tahun terakhir.

Setelah merosot tajam, perlahan IHSG mulai bangkit dan terus memangkas pelemahan hingga tersisa 5% saja.

Sejalan dengan pergerakan IHGS, emiten-emiten juga mengalami jungkir balik. Ambrol di bulan Maret, kemudian perlahan bangkit lagi.

Dari ratusan emiten, berdasarkan data Watchlist CNBC Indonesia, ada 5 emiten yang paling menjadi dipantau user (pembaca) sepanjang 2020. Dari 5 emiten tersebut, ada 4 yang merupakan emiten pelat merah.

Emiten yang paling banyak dipantau sepanjang 2020 yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), dengan jumlah user sebanyak 1.987, kemudian di urutan kedua ada PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan 1.491 user.

Berikutnya PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) menempati urutan ketiga dengan 1.419 user. Melengkapi 5 besar ada PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) masing-masing 1.135 dan 1.011 user.

Halaman Selanjutnya >>> BBRI Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah

BBRI mengawali tahun 2020 dengan impresif. Pada 23 Januari lalu harga saham BBRI menyentuh 4.760 per saham, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah, melampaui rekor sebelumnya 4.730 per saham yang dicapai pada 18 April 2019, berdasarkan data Refinitiv.

Sayangnya kinerja impresif tersebut "dimakan" virus corona, saham BBRI setelahnya ambrol lebih dari 50% ke 2.170 per saham pada 18 Mei lalu. Level tersebut merupakan yang terendah sejak Desember 2018.

Setelah mengalami pergerakan layaknya roller coaster, dari rekor tertinggi hingga jeblok ke level terendah dalam lebih dari 1 tahun, BBRI berhasil rebound dan menutup tahun 2020 di level 4.170 per saham, melemah 2,57% sepanjang tahun ini.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> BBCA Cetak Rekor & Catat Kinerja Positif di 2020

BBCA menjadi satu-satunya emiten bulan pelat merah yang paling dipantau di 2020 berdasarkan data watchlist CNBC Indonesia.

BBCA juga mampu mencatat kinerja positif di tahun ini. Pada Rabu kemarin, BBCA berakhir di level 33.850 per saham menguat 1,27% sepanjang 2020.

Perjalanan BBCA juga ibarat roller coaster, tetapi mampu mencetak kinerja positif di akhir, bahkan mencatat rekor penutupan tertinggi.

Saham BBCA pada 15 Januari lau mencetak rekor tertinggi sepanjang masa 35.300 per lembar saham. Setelahnya, saham BBCA ambrol lebih dari 33% YtD ke 22.150 pada 23 Maret lalu, yang merupakan terendah sejak Juli 2018.

BBCA juga beberapa kali naik dan balik merosot sebelum akhirnya memecahkan rekor penutupan tertinggi 34.750 per saham pada 16 Desember lalu.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> TLKM Turun 16% Lebih

TLKM menjadi satu-satunya emiten non perbankan yang ada di 5 besar Watchlist CNBC Indonesia. Saham TLKM mengakhiri tahun 2020 di level 3.310 per saham. Artinya sepanjang tahun ini, TLKM ambrol 16,32%.

Rebound di 2 bulan terakhir tahun ini menyelamatkan TLKM dari kemerosotan yang lebih dalam. Pada 2 November lalu, saham TLKM berada di level 2.560 per saham, dan merosot 35,52% YtD.

Sama dengan emiten lainnya, TLKM juga mengalami aksi jual di bulan Maret, hingga sempat menyentuh 2.450 per saham pada 20 Maret, yang merupakan level terendah sejak Juni 2014.

Setelahnya TLKM memang sempat bangkit, tetapi kembali berada dalam tren menurun hingga awal November.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> BBNI Sempat Turun ke Level Terendah 1 Dekade.

Saham sektor finansial mendominasi Wacthlist CNBC Indonesia, setelah BBRI dan BBCA, di urutan ke-empat ada BBNI. Tidak seperti saham BBRI dan BBCA, saham BBNI merosot tajam di tahun ini.

Pada perdagangan Rabu kemarin, BBNI berakhir di level 6.175 per saham, dan sepanjang tahun 2020 ambrol 21,34%.

BBNI sempat anjlok nyaris 60% di 3.160 per saham pada 24 Maret lalu. Bahkan setelanya sempat turun lagi ke 2.970 per saham yang merupakan level terendah dalam satu dekade terakhir, tepatnya sejak Agustus 2010.

Setelahnya BBNI perlahan bangkit, meski tidak sekencang BBRI dan BBCA sehingga membukukan pelemahan lebih dari 20% di tahun ini.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> BMRI Merosot Lebih dari 17%

BMRI melengkapi 5 besar emiten yang paling dipantau berdasarkan Wacthlist CNBC Indonesia. sekaligus melengkapi dominasi emiten perbankan. Kinerja BMRI di tahun ini mirip dengan BBNI meski lebih baik.

Sepanjang tahun 2020, BBMI merosot 17,59% ke 6.325 per saham. Pada 18 Mei lalu, BMRI berada di level 3.720 per saham, ambrol lebih dari 51% YtD. Di hari yang sama, BMRI sempat menyentuh level 3.660 per saham yang merupakan level terendah sejak September 2015.

Setelah mencapai level tersebut, BMRI perlahan rebound dan memangkas pelemahan, meski belum mampu sekencang BBRI dan BBCA.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sepekan IHSG Naik 0,9%, Asing Borong 4 Saham Big Cap Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular