
2021: Ekonomi China Moncer, Komoditas Meroket, RI Untung!

Bijih besi juga menjadi komoditas yang harganya masih berpotensi naik meski terbatas di tahun 2021. Pemicunya adalah suplai dari Brazil yang ketat di tengah booming sektor konstruksi China.
Sebagai negara konsumen sekaligus importir minyak terbesar di dunia, kebangkitan ekonomi China juga memberikan dampak positif terhadap harga minyak. Namun pembatasan mobilitas publik yang masih terjadi di mana-mana menjadi faktor yang menahan harga minyak.
Kemudian komoditas selanjutnya yang diuntungkan adalah emas. Meski adanya prospek vaksinasi menghambat kenaikan harga logam kuning tersebut tetapi emas masih ditopang oleh fundamental yang kuat yaitu pelemahan dolar AS, imbal hasil riil obligasi negara-negara maju yang negatif hingga ekspektasi kenaikan inflasi.
Sebagai negara eksportir komoditas, kenaikan harga komoditas tambang akibat China juga turut menjadi katalis positif untuk harga acuan berbagai komoditas tambang yang ada di Indonesia.
Kendati harga batu bara acuan (HBA) belum pulih dari pandemi, ada beberapa komoditas tambang RI yang harganya melesat tinggi sepanjang tahun ini. Komoditas tersebut antara lain nikel, seng, aluminium, tembaga sebagai base metal. Harga logam mulia emas dan bijih besi Tanah Air pun ikut terangkat.
Kebangkitan ekonomi China juga menguntungkan bagi ekspor Indonesia. Pasalnya sebagian besar ekspor Indonesia berbasis komoditas dan diekspor ke China. Pada periode Januari-November 2020 ekspor non-migas Indonesia ke China naik 12,8% (yoy) menjadi US$ 26,6 miliar atau setara dengan 19% dari total ekspor.
Sentimen positif terhadap komoditas tahun 2021 tentu juga menjadi katalis positif untuk emiten saham di bursa saham domestik terutama yang memiliki usaha di sektor unggulan pertambangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA