Kaleidoskop Emas

Bencana Jadi Cuan! 2020 Tahun Terbaik Emas dalam 1 Dekade

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 December 2020 06:13
Petugas menunjukkan emas batangan di sebuah gerai emas di Pegadaian, Jakarta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menunjukkan emas batangan di sebuah gerai emas di Pegadaian, Jakarta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Dari semua negara, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump menjadi yang paling sensasional dalam menggelontorkan stimulus fiskal dan moneter.

Di bulan Maret, The Fed membabat habis suku bunganya dari 1,75% menjadi 0,25%, atau dipangkas 150 basis poin (bps). Tidak hanya itu, The Fed di bawah komando sang ketua Jerome Powell juga menggelontorkan stimulus moneter dengan program pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas, artinya berapapun akan dikucurkan selama diperlukan oleh perekonomian.

Besarnya QE yang sudah digelontorkan tercermin dari Balance Sheet The Fed yang menunjukkan nilai surat berharga yang dibeli melalui kebijakan quantitative easing. Semakin banyak jumlah aset yang dibeli, balance sheet The Fed akan membesar.

Di bulan Februari, sebelum virus corona menjadi pandemi, nilai Balance Sheet The Fed sekitar US$ 4,1 triliun, sementara posisi di 9 Desember sebesar US$ 7,2 triliun. Artinya selama pandemi ini, The Fed sudah membanjiri perekonomian AS dengan likuiditas lebih dari US$ 3 triliun.

Kebijakan tersebut terbilang sangat agresif, sebab saat krisis finansial melanda AS di tahun 2008 The Fed juga melakukan hal yang sama. Nilai Balance Sheet juga melonjak US$ 3 triliun, tetapi terjadi dalam tempo 3 tahun hingga 2011. Sebelum memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa di tahun ini, rekor emas sebelumnya tercatat pada September 2011 di level US$ 1.920/troy ons. Artinnya, kenaikan harga emas memang terkait erat dengan QE dari The Fed.

Sementara itu, pemerintah AS menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 2 triliun di bulan Maret yang disebut CARES Act. Stimulus tersebut menjadi yang terbesar sepanjang sejarah, nilainya bahkan setara dengan 2 kali produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Stimulus moneter dan fiskal tersebut membuat perekonomian AS banjir likuiditas, dan emas diuntungkan dari 2 sisi.

Yang pertama, stimulus moneter dan fiskal membuat jumlah uang beredar di AS bertambah, dan nilai dolar AS pun melemah. Emas dunia dibanderol dengan dolar AS, saat mata uang Paman Sam tersebut melemah, maka harganya akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Alhasil permintaan berpotensi meningkat, harganya melesat.

Yang kedua, emas secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. Stimulus moneter dan fiskal tersebut berpotensi memicu inflasi yang tinggi, sehingga permintaan emas sebagai aset lindung inflasi meningkat.

Alhasil, harga emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular