Dapat Dana Rp 1 T Dari Sri Mulyani, Garuda Mau Ngapain?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
28 December 2020 19:35
Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tahun depan menargetkan perbaikan kinerja perusahaan bisa mencapai 50% dari kinerja setahun penuh 2019.

Perbaikan kinerja ini sejalan dengan peningkatan bisnis setelah perusahaan menerima dana hasil penerbitan obligasi wajib konversi (mandatory convertible bond/MCB) tahap pertama diterima perusahaan.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan 2021 masih akan menantang buat perusahaan seiring dengan masih terdampaknya sektor penerbangan oleh pandemi Covid-19.

Namun perusahaan kian optimis seiring dengan terus meningkatnya jumlah penumpang pesawat dan peningkatan dua bisnis yang difokuskan perusahaan, yakni charter pesawat dan kargo.

"Ketika kita melihat pertumbuhan penumpang akan review frekuensi dan rute baru, Ini total bisa pendapatan 50% dari kondisi 2019, itu janji kita ke Kementerian BUMN bahwa 2021 revenue akan 50% dibanding 2019. Memang akan menantang bahwa dapat revenue dari haji dan umroh, kalau itu terbatas kita akan cari cara baru supaya pendapatan bisa seusai dengan janji," kata Irfan dalam konferensi pers virtual, Senin (28/12/2020).

Dia menjelaskan, tahun depan perusahaan akan memfokuskan pada bisnis charter pesawat dan kargo. Bahkan perusahaan akan menggunakan armada freighter khusus yang hanya akan diterbangkan untuk mengangkut kargo.

Tak hanya di Garuda, anak usaha perusahaan juga akan memulai pengembangan bisnisnya tahun depan. PT GMF AeroAsia Tbk (GMFI) disebutkan akan membuka bisnis hanggarnya di Bali untuk membuka layanan maintenance untuk wilayah Indonesia timur.

Anak usaha LCC, Citilink akan membuka akses penerbangan pada wilayah ekonomi. baru yang ada di Indonesia. Bisnis Aerofood akan memperkuat bisnis produk ritelnya.

"Konsistensi kargo dan charter menjanjikan ke depan. Efisiensi produksi renegosiasi pesawat dan SDM dan operasional penunjang lainnya. Perusahaan dapat penghementan hingga US$ 15 juta per bulan di waktu mendatang," jelasnya.

Perlu diketahui perusahaan baru saja mendapatkan pencairan tahap pertama sebesar Rp 1 triliun, dana dari MCB senilai total Rp 8,5 triliun.

Secara regulasi, penerbitan ini merupakan amanat Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 118/PMK.06/2020 tentang Investasi Pemerintah Dalam Rangka Program PEN.

Adapun SMI akan bertindak sebagai pihak yang menyerap OWK tersebut lantaran menerima mandat dari Kementerian Keuangan selaku pemegang saham perusahaan.

Surat utang ini akan dikonversi 7 tahun kemudian menjadi kepemilikan saham melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD)/private placement.

Berdasarkan prospektus awal, harga private placement ini nanti akan dieksekusi di harga Rp 206/saham.

Jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak 41,26 miliar saham sehingga nantinya saham seri B akan mengalami penurunan kepemilikan (dilusi) 61%.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular