Internasional

Sebentar Lagi 2021, 5 'Wajah' Ekonomi Global Saat Ini

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
28 December 2020 15:14
[THUMB] Resesi
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Bencana Covid-19 bukanlah hanya bencana bagi dunia kesehatan namun juga dunia perekonomian. Pembatasan-pembatasan yang dibuat untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 telah menghambat aktivitas usaha masyarakat.

Biaya penanganan virus corona telah menguras dompet negara-negara di dunia. Meski begitu, sampai saat ini belum diketahui kapan pandemi ini akan berakhir.

Sementara dibalik kegelapan yang diselimuti pandemi ini, kemajuan vaksin telah mencerahkan prospek ekonomi. Tetapi beberapa ekonom mengatakan peluncuran vaksin yang berpotensi lambat di negara berkembang dapat menghambat percepatan itu.

Dilansir dari CNBC Internasional, Citi memprediksi bahwa program vaksinasi baru terasa dampak ekonominya pada 2022.

"Penemuan vaksin sangat memberikan harapan, namun perbaikan ekonomi tidak akan dinikmati sampai 2022," kata ekonom Citi dalam sebuah laporan di awal Desember dikutip Senin (28/12/2020).

Namun, akan ada perbaikan yang jelas dalam ekonomi global pada 2021. "Tidak sulit untuk menjadi lebih baik dari tahun 2020," kata mereka.

Lantas, apa saja dinamika aspek ekonomi di tahun 2020 yang diharapkan akan jauh membaik di tahun 2021 mendatang? Berikut ulasannya.

Halaman 2>>

1. Penurunan tajam dalam aktivitas

Penyebaran cepat Covid yang pertama kali terdeteksi di China membuat banyak negara melakukan penguncian selama berbulan-bulan pada tahun 2020 yang secara signifikan mengurangi aktivitas ekonomi.

Akibatnya, produk domestik bruto (PDB) jatuh ke rekor terendah di banyak negara.

International Monetary Fund (IMF) memperkirakan ekonomi global dapat menyusut 4,4% tahun ini, sebelum memantul kembali ke pertumbuhan 5,2% pada 2021. IMF mengatakan pada Oktober ekonomi dunia telah mulai pulih, tetapi memperingatkan jalan yang "panjang, tidak rata, dan tidak pasti" dalam perbaikan ekonomi kedepan.

2. Pembatasan Perjalanan
Salah satu fitur utama penguncian virus corona di seluruh dunia adalah penutupan perbatasan seluruhnya atau sebagian, yang membuat banyak perjalanan internasional terhenti.

Menurut organisasi perjalanan internasional UNWTO er 1 November 2020, lebih dari 150 negara dan wilayah telah mengurangi pembatasan perjalanan terkait Covid.

Namun banyak pengecualian dalam pembatasan perjalanan itu, antara lain:

- Hanya membuka batas untuk pengunjung dengan kebangsaan tertentu atau dari tujuan tertentu;
- Mewajibkan pengunjung untuk menunjukkan tes Covid negatif sebelum membiarkan mereka memasuki negara tersebut;
- Meminta pengunjung untuk mengisolasi diri pada saat kedatangan.

3. Angka Pengangguran yang Meningkat

Konsekuensi utama dari kemerosotan ekonomi yang disebabkan pandemi adalah peningkatan angka kehilangan pekerjaan secara global.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), sebuah entitas antar pemerintah, mengatakan bahwa di beberapa negara, efek awal Covid-19 di pasar tenaga kerja "sepuluh kali lebih parah daripada yang diamati pada bulan-bulan pertama krisis keuangan global 2008".

"Para pekerja yang rentan menanggung beban krisis. Pekerja bergaji rendah telah menjadi kunci untuk memastikan kelanjutan layanan penting selama lockdown, seringkali dengan risiko substansial terpapar virus saat bekerja, "kata OECD dalam sebuah laporan.

"Mereka juga menderita kehilangan pekerjaan atau pendapatan yang lebih besar."

4. Utang Pemerintah yang Meningkat

IMF mengatakan bahwa pemerintah di seluruh dunia telah meningkatkan pengeluaran untuk melindungi pekerjaan dan mendukung pekerja. Secara global, tindakan pemerintah untuk meredam pukulan ekonomi pandemi mencapai US$ 12 triliun.

Tingkat pengeluaran yang mengejutkan seperti itu telah mendorong utang pemerintah global ke level tertinggi sepanjang masa. Namun meski begitu, pemerintah dirasa perlu untuk berhutang agar stimulus ekonomi dapat tetap disalurkan kepada masyarakat.

"Dengan banyak pekerja yang masih menganggur, usaha kecil berjuang keras, dan 80‑90 juta orang kemungkinan besar akan jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2020 akibat pandemi, masih terlalu dini bagi pemerintah untuk menghapus dukungan luar biasa tersebut, Kata IMF.

5. Keikutsertaan Bank Sentral

Dalam pandemi ini Bank Sentral di seluruh dunia mulai menurunkan suku bunga mereka agar pemerintah dan masyarakat mampu membayar utang dan cicilan mereka.

Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fedmemangkas suku bunga mendekati nol dan berkomitmen untuk tidak menaikkannya sampai inflasi melebihi target 2%

Selain itu Bank Sentral di beberapa negara maju lainnya juga telah meningkatkan pembelian aset mereka untuk menyuntikkan lebih banyak uang ke dalam sistem keuangan. Langkah itu juga diadopsi oleh banyak Bank Sentral di pasar negara berkembang.




(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular