
Ciatttt! Bak Lagi Silat, IHSG Bersiap Lompat Pekan Depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham Asia menguat pada perdagangan Kamis (24/12/2020) meski hanya dibuka setengah hari, sementara pasar efek Indonesia libur menyambut Hari Raya Natal.
Indeks Nikkei Jepang menguat 0,54%, Hang Seng Hong Kong naik 0,16% Kospi Korea Selatan melesat 1,7%, hanya Shanghai Composite China yang melemah 0,57%.
Dari Asia Tenggara, indeks Strait Times Singapura menguat 0,3%, SET Thailand meroket 2,5%, sementara FTSE Malaysia melemah 0,38%.
Seandainya tidak libur Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga bisa mengekor di zona hijau, memangkas kemerosotan di pekan ini.
Apalagi mengingat pekan terakhir bulan Desember seringkali ditutup oleh IHSG dengan apresiasi. Tercatat selama sepuluh tahun terakhir perdagangan pekan terakhir bulan Desember selalu diisi dengan kenaikan dan hanya dua kali terkoreksi.
IHSG selalu melesat kecuali pada tahun 2019 dan 2017, itupun hanya terkoreksi tipis saja masing-masing 0,09% dan 0,03 sisanya IHSG biasanya melesat hingga 1% dan bahkan ada yang mencapai di atas 2% seperti pada 2015 yang melesat 1,56% dan 2011 yang terbang tinggi 2,36%.
Selain berberapa sentimen positif yang muncul di Hari Raya Natal, statistik yang berpihak pada apresiasi IHSG pada pekan terakhir tentu saja juga akan menjadi penambah semangat tersendiri bagi IHSG untuk menguat pada pekan terakhir.
Dalam 3 hari perdagangan sebelumnya, IHSG membukukan sekali penguatan, sementara sisanya ambrol. Kemarin, bahkan sempat merosot hingga 2,8% ke 5.853,261, sebelum berhasil memperbaiki posisinya, dan berakhir di level 6.008,709, melemah 0,24%.
Total sepanjang pekan ini IHSG melemah 1,57%, sekaligus mengakhiri reli panjang di 11 pekan beruntun. Total penguatan selama periode tersebut nyaris 24%, sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking) di pekan ini yang membuat IHSG akhirnya merosot.
Sentimen positif pada Hari Natal bagi bursa saham global datang dari Eropa. Inggris dan Uni Eropa dilaporkan berada di tahap akhir kesepakatan dagang, dan kemungkinan akan dicapai pada Kamis waktu setempat.
Dengan kesepakatan tersebut maka keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan Brexit, yang akan terjadi awal tahun depan akan lebih smooth, alias tidak terjadi hard Brexit.
Hard Brexit merupakan sesuatu yang ditakutkan pelaku pasar, sebab bisa membawa ekonomi Inggris merosot tajam, juga menyeret ekonomi negara-negara Eropa lainnya.
Sedangkan sentimen negatif datang dari President AS, Donald Trump yang dikabarkan tidak akan menandatangani RUU Stimulus Fiskal AS Cares Act yang sempat buntu selama berbulan-bulan yang akhirnya diloloskan oleh DPR dan Senat AS.
RUU tersebut sudah diserahkan ke Presiden AS Donald Trump untuk ditandatangani sehingga sah dan cair. Dalam kondisi normal, Presiden Trump punya waktu 10 hari (di luar hari Minggu) hari untuk menandatangani RUU tersebut sehingga menjadi undang-undang, atau memveto alias membatalkan RUU tersebut. Seandainya dalam 10 hari Trump tidak menandatangani ataupun memveto RUU tersebut, maka otomatis akan menjadi undang-undang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500