
Mutasi Corona Bikin Harapan Rupiah ke Rp 13.000an/US$ Buyar!

Rupiah sebenarnya punya peluang untuk kembali ke bawah Rp 14.000/US$ setelah stimulus fiskal di AS senilai US$ 900 miliar sebentar lagi akan cair.
Kongres (DPR dan Senat) AS sudah meloloskan rancangan undang-undang stimulus tersebut, dan akan diserahkan ke Presiden AS Donald Trump untuk ditandatangani sehingga sah dan cair.
Saat stimulus tersebut cair, jumlah uang yang bereda di perekonomian akan bertambah, secara teori nilai tukar dolar AS akan tertekan.
Selain itu, Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengumumkan kebijakan moneter pekan lalu berkomitmen untuk menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) sampai pasar tenaga kerja AS kembali mencapai full employment dan inflasi konsisten di atas 2%.
Artinya kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama. The Fed juga menegaskan akan menambah nilai QE jika perekonomian AS kembali melambat.
The Fed memberikan proyeksi inflasi yang dilihat dari belanja konsumsi personal (personal consumption expenditure/PCE) di tahun ini sebesar 1,2%, kemudian di tahun depan 1,8%. Artinya masih belum mencapai target di atas 2%, sehingga pada tahun depan kebijakan moneter yang diterapkan masih ultra longgar.
Selain QE, The Fed juga berkomitmen mempertahankan suku bunga acuan <0,25% dalam waktu yang lama.
"Langkah-langkah ini akan memastikan kebijakan moneter akan terus memberikan dukungan yang kuat terhadap perekonomian sampai pemulihan tercapai," kata Ketua The Fed, Jerome Powell, saat konferensi pers, sebagaimana dilansir CNBC International.
Data dari Fed Dot Plot, yang menggambarkan proyeksi suku bunga para pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee), menunjukkan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023.
Alhasil, dolar AS masih berisiko tertekan setidaknya 2 tahun ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
