
Rupiah Tak Lemah, Dolar Australia & Singapura saja Dibantai

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (21/12/2020), tetapi melawan dolar Australia dan Singapura justru menguat cukup tajam.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:44 WIB, rupiah melemah 0,14% melawan dolar AS di Rp 14.100/US$. Sementara melawan dolar Australia dan Singapura rupiah menguat masing-masing 0,57% dan 0,27% ke Rp 10.670,88/AU$ dan 10.578,44/SG$.
Rupiah mendapat sentimen positif dari cairnya stimulus fiskal di AS. Kongres AS telah mengatasi perbedaan politik mengenai kesepakatan stimulus senilai US$ 900 miliar, yang memasukkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai US$ 600 per orang.
Paket tersebut juga memasukkan bantuan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) senilai US$ 300 miliar dan tambahan dana klaim tunjangan pengangguran senilai US$ 300 per pekan, yang saat ini dinikmati 12 juta orang pengangguran.
Proposal stimulus kini tinggal di-voting, sebelum disahkan oleh Presiden AS, Donald Trump, dan resmi cair.
Seperti stimulus fiskal sebelumnya yang dirilis bulan Maret lalu, sentimen pelaku pasar jadi membaik, dan mengalirkan investasinya ke negara-negara emerging market dengan imbal hasil tinggi seperti Indonesia. Sehingga rupiah mendapat tenaga untuk menguat.
Di sisi lain, dolar Australia tertekan akibat kembali munculnya kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang membuat pembatasan sosial diketatkan lagi.
Reuters melaporkan sejauh ini di Sydney sudah ada 83 kasus baru pada pekan lalu, yang membuat beberapa negara bagian melarang kedatangan warga dari kota terbesar di Australia. Beberapa maskapai bahkan sudah membatalkan penerbangan keluar Sydney mulai hari ini.
Kembali diketatkannya pembatasan sosial tentunya membuat prospek pemulihan ekonomi kembali terhambat. Padahal di awal bulan ini, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) menunjukkan sikap optimis perekonomian Australia akan bangkit dari resesi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam 3 dekade terakhir.
Gubernur RBA, Philip Lowe, optimis dalam pemulihan ekonomi Australia, sebab perekonomian sudah dibuka kembali dan penambahan kasus baru penyakit virus corona (Covid-19) nyaris 0.
"Pemulihan ekonomi sedang berlangsung, dan data ekonomi yang dirilis belakangan ini lebih baik dari perkiraan sebelumnya," kata Lowe, sebagaimana dilansir Reuters.
"Ini adalah kabar bagus, tetapi pemulihan ekonomi masih belum terjadi secara menyeluruh, dan masih sangat tergantung dari dukungan kebijakan moneter dan fiskal," katanya.
Gubernur Lowe juga menegaskan suku bunga kemungkinan besar tidak akan dinaikkan hingga 3 tahun ke depan, dan siap menggelontorkan stimulus tambahan jika diperlukan.
Sejak dihantam pandemi Covid-19, RBA sudah memangkas suku bunga sebanyak 3 kali, serta menggelontorkan program pembelian aset (quantitative easing/QE). Sementara pemerintah Australia menggelontorkan stimulus fiskal senilai AU$ 300 miliar.
Sementara itu dolar Singapura mendapat tekanan dari data yang menunjukkan surplus neraca dagang bulan November turun menjadi SG$ 3,93 miliar dari bulan sebelumnya SG$ 4,45 miliar. Ekspor non minyak tercatat turun 4,9% year-on-year (YoY), sementara konsensus di Trading Economic memprediksi kenaikan sebesar 2% YoY. Ekspor Negeri Merlion sudah mengalami penurunan dalam 2 bulan beruntun.
Sementara ekspor secara bulanan atau month-on-month (MoM), juga turun 3,8%, dengan konsensus kenaikan sebesar 6,2% MoM.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Kaleng-kaleng! Rupiah Hari Ini Libas 3 Dolar Sekaligus