Bukan Kaleng-kaleng! Rupiah Hari Ini Libas 3 Dolar Sekaligus

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 January 2021 13:24
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (29/1/2021). Namun, tidak hanya the greenback, rupiah juga sukses melibas dolar Singapura dan Australia bahkan dengan persentase yang lebih signifikan.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:00 WIB, rupiah menguat 0,14% melawan dolar AS ke Rp 14.030/US$.

Di waktu yang sama, dolar Singapura dibuat melemah 0,31% ke Rp 10.535,41/SG$. Dolar Australia bahkan jeblok nyaris 0,6% ke Rp 10.723,13/AU$.

Dolar AS memang sedang lesu setelah produk domestik bruto (PDB) kuartal IV-2020 dilaporkan tumbuh 4% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized), lebih rendah dari prediksi para ekonom yang disurvei Dow Jones sebesar 4,3%.

Rilis data PDB tersebut mengkonfirmasi pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) jika pemulihan ekonomi AS mengalami pelambatan. Dengan demikian The Fed kemungkinan akan mempertahankan kebijakan ultra longgar dalam waktu yang lama, bahkan ada kemungkinan program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan ditambah jika pemulihan ekonomi terus memburuk.

Namun, bukan hanya lesusnya dolar AS yang membuat rupiah menguat. Terbukti, dolar Singapura dan Australia juga rontok.

Dolar Singapura bahkan sedang dalam kondisi bagus, Kementerian Tenaga Kerja Singapura kemarin melaporkan estimasi awal tingkat pengangguran Singapura bulan Desember berada di level 3,2%, turun dari bulan sebelumnya 3,3%.

Penurunan tingkat pengangguran tersebut sudah terjadi dalam 2 bulan beruntun, dan menjadi tanda-tanda pulihnya ekonomi Singapura dari resesi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Tingkat pengangguran Singapura mulai menanjak sejak kuartal I-2020, saat itu masih di level 2%. Pandemi Covid-19 semakin memperburuk pasar tenaga kerja, dan membuat tingkat pengangguran mencapai 3,6% di bulan September dan Oktober, tertinggi dalam 16 tahun terakhir.

Sementara itu dolar Australia sedang tertekan akibat aksi jual di bursa saham global belakangan ini. Aksi jual sebenarnya juga melanda bursa saham Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok hingga kembali ke bawah 6.000. Namun yang menarik, investor asing justru melakukan aksi beli bersih (net buy) lebih dari Rp 550 miliar dalam 4 hari perdagangan di pekan ini, artinya ada capital inflow di pasar saham Indonesia.

Kemudian di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) hingga Kamis kemarin berada di level ke 6,256%, mengalami penurunan 3,2 basis poin dibandingkan posisi terakhir pekan lalu.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, saat yield turun harganya naik. Saat harga naik, artinya terjadi aksi beli, sehingga kemungkinan besar juga terjadi capital inflow di pasar obligasi Indonesia.

Capital inflow di pasar saham dan obligasi tersebut membuat rupiah jadi perkasa.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular