
Harga Batu Bara Naik, tapi Indika Akhir 2020 Masih Rugi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja keuangan emiten pertambangan baru bara, PT Indika Energy Tbk (INDY) diperkirakan masih akan mengalami tekanan sampai dengan penghujung tahun 2020 meskipun harga batu bara sudah menunjukkan tren perbaikan.
Mengacu harga rata-rata batu bara acuan Newcastle, pada November secara year to date berada di level US$ 60,9 juta per ton, sedangkan Indonesia Coal Index 4 di kisaran US$ 29 per ton. Sampai dengan 11 Desember 2020, harga batu bara terus menunjukkan perbaikan di level US$ 77,3 per ton untuk Newcastle. Sedangkan, ICI-4 di level US$ 36,1 per ton.
Meski tren harga batu bara sudah membaik, Direktur Indika Energy, Retina Rosabai menilai, itu tak serta merta membalikkan kinerja keuangan perseroan menjadi untung di penghujung tahun ini. Pasalnya, perseroan sudah mempunyai kontrak dengan harga sebelum adanya kenaikan, sehingga belum bisa mengerek bottomline INDY menjadi positif.
"Kita ekspektasikan sampai akhir tahun, kita tidak melihat akan berbalik jadi untung, dua bulan terakhir ini harga batu bara membaik, tapi, kenaikan harga tidak bisa langsung di-translate jadi harga jual, kita punya kontrak dari bulan sebelumnya," kata Retina, dalam paparan publik secara daring, Kamis (17/12/2020).
Seperti diketahui, dampak pandemi Covid-19 telah menekan kinerja INDY sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Perseroan membukukan kerugian bersih senilai US$ 53 juta. Dari sisi pendapatan, juga tercatat mengalami penurunan menjadi US$ 1,53 miliar pada September 2020 dari tahun lalu US$ 2,07 miliar.
Sampai dengan September, perseroan sudah menyerap belanja modal sebesar US$ 66 juta dolar dari target capex yang direvisi menjadi US$ 100 juta. "Kemungkinan [capex] tidak akan terserap semuanya," imbuhnya.
Sedangkan, untuk tahun depan, perseroan memperkirakan akan mengalokasikan anggaran belanja modal sebesar US$ 130 juta.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article INDY Terbitkan Global Bond Rp 9,83 T, Ada Rencana Bisnis Apa?