
Swiss & Vietnam Dituding Manipulasi Mata Uang, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia -Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) pada Rabu (16/12/2020) menuduh Swiss dan Vietnam memanipulasi mata uang mereka. Hal ini diprediksi dilakukan untuk mendapatkan keuntungan perdagangan atas ekspor AS.
Dikutip dari AFP, Departemen Keuangan AS meninjau 20 mitra dagang utama AS dengan nilai US$ 40 miliar (Rp 565 triliun) per tahun. Kriterianya adalah surplus perdagangan yang besar dengan AS, surplus neraca berjalan yang signifikan, dan bukti adanya intervensi sepihak yang terus-menerus di pasar valuta asing.
Dalam laporan itu Swiss dan Vietnam ditemukan memenuhi ketiga kriteria tersebut. Swiss misalnya, Departemen Keuangan AS mengatakan negara itu mempertahankan hambatan tarif dan non tarif yang membatasi akses perusahaan AS ke pasar Swiss.
Dalam laporan itu diketahui bahwa staf IMF menemukan franc dinilai terlalu rendah sekitar 3,5% pada basis yang sangat efektif. Maka dari itu, AS meminta agar negara di pegunungan itu menggunakan ruang fiskal yang lebih besar.
"Kami sangat mendesak Swiss untuk menggunakan ruang fiskal yang besar untuk mengurangi ketergantungan ekonomi pada langkah-langkah kebijakan SNB (Bank Sentral Swiss), menyeimbangkan kembali sektor eksternal, dan meningkatkan potensi pertumbuhan," tulis laporan itu dikutip Kamis (17/12/2020).
Sementara itu untuk Vietnam, Departemen Keuangan mengatakan penilaian IMF terbaru menunjukkan nilai Dong Vietnam 8,4 % lebih rendah secara efektif pada tahun 2018 dan hampir datar terhadap dolar AS sejak saat itu. Laporan itu juga menyerukan Vietnam untuk mengurangi intervensi mata uangnya dan memungkinkan pergerakan nilai tukar.
Menanggapi tuduhan ini, Bank Sentral Swiss (Swiss National Bank/SBN) menolak tuduhan manipulasi mata uangnya. SBN mengatakan pihak berwenang telah menghubungi mitra AS mereka untuk menjelaskan situasi ekonomi dan kebijakan moneter negaranya.
SNB menekankan bahwa intervensinya di pasar valuta asing sama sekali tidak ditujukan untuk mempengaruhi neraca pembayaran. Apalagi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang tidak adil bagi ekonomi Swiss.
"Kebijakan moneter Swiss membutuhkan intervensi ini untuk menjamin kondisi moneter yang sesuai dan dengan demikian stabilitas harga di Swiss," kata bank tersebut dalam email kepada AFP.
Presiden Donald Trump telah berulang kali mencerca negara-negara yang memiliki surplus perdagangan dengan AS dengan menuduh banyak dari mereka menggunakan mata uang yang lebih lemah untuk menjual barang-barang mereka dengan lebih murah dengan mengorbankan produsen AS.
Beberapa negara yang pernah masuk dalam pemantauan ini adalah China, Jepang, Korea Selatan, Jerman, dan yang baru-baru ini ditambahkan, Taiwan, India, dan Thailand.
(sef/sef) Next Article Ini Daftar 10 Mata Uang Terkuat di Dunia