Harga Emas Ambrol Lagi, Investor Kibarkan Bendera Putih?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 December 2020 19:20
Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melemah pada perdagangan Senin (14/12/2020) tertekan oleh vaksinasi yang akan dilakukan Amerika Serikat (AS) mulai pekan ini.

Pada pukul 17:47 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.819,81/troy ons, ambrol 1,04% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Jumat (11/12/2020) malam waktu AS, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Durg Administration/FDA) menyetujui penggunaan darurat vaksin Pfizer dan BionTech.

"Otorisasi FDA untuk penggunaan darurat vaksin Covid-19 pertama merupakan tonggak penting dalam memerangi pandemi dahsyat yang telah mempengaruhi begitu banyak keluarga di AS dan di seluruh dunia," kata komisaris FDA Stephen Hahn dikutip Guardian pada Jumat (11/12/2020).

AS mengikuti negara lain, termasuk Inggris, Kanada, dan Meksiko, yang juga telah mengesahkan vaksin Pfizer-BioNTech untuk penggunaan publik yang lebih luas.
Pemerintah AS berencana untuk mendistribusikan 2,9 juta dosis dalam tempo 24 jam, dan 2,9 juta dosis 21 hari kemudian untuk suntikan kedua.

Vaksinansi besar-besaran pertama akan dilakukan pada Senin pagi (14/12/2020) waktu setempat. Sentimen pelaku pasar membaik merespon hal tersebut, aset-aset berisiko kembali diburu, dan emas yang merupakan aset aman (safe haven) dan tanpa imbal hasil menjadi kurang menarik.


Pada pekan lalu, harga emas dunia berfluktuasi, sempat melesat dan menyentuh level US$ 1.875/troy ons setelahnya malah ambrol 1,7%. Dalam sepekan, emas akhirnya cuma mampu menguat tipis 0,08% di US$ 1.836/troy ons.

Masih belum jelasnya kemana emas dunia akan melangkah terlihat dari hasil survei mingguan yang dilakukan Kitco. Sebanyak 15 analis di Wall Street yang disurvei menunjukkan sebanyak 6 orang atau 40% memprediksi emas akan bearish (tren menurun) di pekan ini. Artinya dalam 3 pekan terakhir, sentimen yang dominan dalam survei tersebut selalu berubah-ubah.

Pada pekan lalu, mayoritas memprediksi bullish (tren naik), sepekan sebelumnya bearish.

Sementara di pekan ini, sebanyak 5 orang atau 33% memberikan outlook bullish, dan sisanya netral.

Survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar atau yang disebut Main Street, dengan 1.507 partisipan menunjukkan sebanyak 54% memberikan proyeksi bullish, 28% bearish, dan 17% netral.

Belum pastinya kapan stimulus fiskal jilid II di Amerika Serikat (AS) akan cair membuat harga emas "kehabisan bensin" untuk kembali menguat. Stimulus fiskal dan moneter merupakan "bahan bakar" utama emas menguat sepanjang pekan tahun ini.

Di pekan ini, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengumumkan kebijakan moneter. Ada kemungkinan The Fed akan menambah nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sebab hingga saat ini stimulus fiskal di AS masih belum cair dan pasar tenaga kerja AS kembali memburuk.

Namun, sentimen dari vaksin diperkirakan akan mengalahkan stimulus dari The Fed, maupun dari pemerintah AS.

"Euforia vaksin virus corona akan membayangi pelonggaran moneter The Fed maupun stimulus fiskal dalam jangka pendek," kata Howie Lee, ekonomi di Bank OCBC, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (14/12/2020).

"Tapi emas akan reli di 2021, ketika vaksin optimism vaksin mereda dan investor kembali fokus akan potensi kenaikan inflasi akibat stimulus fiskal dan moneter yang masih dibutuhkan ekonomi AS," tambahnya.

Secara tradisional, emas dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, saat inflasi naik maka permintaannya akan meningkat.

Banyak analis juga memprediksi harga emas berisiko bergerak liar, sebab menjelang libur Natal dan Tahun Baru, volume perdagangan akan menurun, dan bisa memicu volatilitas tinggi.

Melihat grafik harian, emas saat ini bergerak dalam pola Descending Channel (garis biru), yang merupakan pola tren menurun. Harga emas bergerak naik turun, tetapi level tertinggi yang dicapai selalu lebih rendah dari sebelumnya (lower high), begitu juga level terendah yang semakin turun (lower low).

jkseGrafik: Emas (XAU/USD) Harian
Foto: Refinitiv

Selama berada dalam Descending Channel harga emas masih akan dalam tren menurun.

Support terdekat berada di kisaran US$ 1.815 sampai US$ 1.800/troy ons, jika level tersebut ditembus, emas berisiko ambrol ke US$ 1.770 sampai US$ 1.755/troy ons.

Sementara resisten terdekat berada di kisaran US$ 1.850/troy ons, jika berhasil dilewati emas berpotensi menguat ke US$ 1.880/troy ons, sebelum menuju US$ 1.900/troy ons.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular