
Restrukturisasi Jiwasraya Merupakan Jalan yang Terbaik

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengamat menilai restrukturisasi polis yang akan dilakukan oleh PT Asuransi Jiwasraya (Persero) merupakan opsi terbaik yang dibanding dengan beberapa opsi lainnya. Langkah ini dinilai dapat memberikan harapan kepada nasabah yang bersedia direstrukturisasi polisnya.
Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan polis yang direstrukturisasi ini akan dialihkan kepada entitas baru yakni IFG Life. Upaya ini akan bisa memberikan kepastian pengembalian dana investasi nasabah.
"Saya kira opsi restrukturisasi menjadi pilihan terbaik dibanding opsi lainnya," kata Toto kepada CNBC Indonesia, Kamis (10/12/2020).
Dia menyebutkan, upaya pemerintah yang akan menyuntik IFG Life senilai lebih dari Rp 20 triliun dan dukungan sinergi BUMN maka potensi market perusahaan baru ini sangat besa
Jika dibarengi dengan pilihan pengelola yang profesional dan mengedepankan prinsip GCG diharapkan sustainability perusahaan akan lebih terjaga.
"Pemegang polis ex-Jiwasraya yang setuju migrasi ke IFG Life akan memiliki harapan lebih baik untuk pengembalian investasi. Asumsinya prospek bisnis IFG Life bisa dieksekusi dengan optimal sehingga return yang dihasilkan juga cukup besar," terangnya.
"Pemegang polis Jiwasraya yang tidak setuju dengan pilihan restrukturisasi ini (berpindah ke IFG Life), punya opsi pengembalian investasi yang lebih terbatas. Karena sumber pengembalian investasi mereka hanya bersandar pada aset Jiwasraya yang tersisa dan jumlahnya relatif tidak besar," tandasnya.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Telisa Aulia mengatakan langkah restrukturisasi Jiwasraya sudah tepat, terutama dengan skema dan penjaminan yang baru. Dengan begitu diharapkan kepercayaan terhadap manajemen semakin meningkat, apalagi proses restrukturisasi sudah dimulai.
"Ada kepercayaan kalau BUMN akan dibantu oleh pemerintah dengan suntikan PMN dan diharapkan dari sana bisa bergulir lagi. Selain itu yang mau ikut restrukturisasi kan cukup banyak dari peserta yang ada, ini menujukan kepercayaan nabasah," kata Telisa saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (10/12/2020).
Untuk itu kepercayaan masyarakat pun harus dijaga dan memastikan bagaimana pengawasan jalannya restrukturisasi, agar kejadian yang sama tidak terulang. Dia pun menilai positif opsi yang diberikan kepada nasabah, sehingga mereka bisa membuat pilihan yang tepat.
"Diversifikasi opsi itu bagus ya, karena kan terbatas dananya. Opsi itu juga karena dananya terbatas jadi ada yang memang ingin memang dibayar polisnya, dan yang lanjut dengan skema baru. Nasabah memiliki pilihan dan dengan pilihan ini memberikan kesempatan manajemen untuk mengelola portofolio secara berkelanjutan," katanya.
Dengan begitu, tidak semua nasabahnya langsung menghentikan polisnya karena akan memberatkan. Aset-aset yang dimiliki pun nantinya tidak akan cukup untuk menutupnya. Selain pengawasan, manajemen harus melaporkan secara berkala kemajuan dari setiap polisnya untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan.
"Dari konsumen harus rajin mengupdate, dan harus ada forumnya ada kontrol terhadap manajemen," kata Telisa.
Sebelumnya nasabah tidak memiliki akses untuk mengetahui alokasi yang dilakukan asuransi. Menurutnya harus ada mekanisme informasi kepada nasabah mengenai bagaimana pengelolaannya dengan lebih transparan. Sehingga dipastikan manajemen mengalokasikannya di portofolio yang sehat.
"Sebenarnya sudah ada aturan nasabah berhak mengetahui perkembangan, tapi pada praktiknya tidak dilakukan," ujarnya
Padahal transparansi merupakan bagian dari perlindungan konsumen, dan bagian dari tata kelola sebagai lembaga keuangan. Konsumen pun menurutnya ke depan harus lebih waspada dan kritis terhadap produk-produk keuangan yang ditawarkan.
Sebagai komitmen dalam rangka menyelamatkan seluruh polis Jiwasraya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menyiapkan dana mencapai Rp 26,7 triliun yang berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 22 triliun dan Rp 4,7 triliun lainnya dari setoran dividen IFG.
Dana tersebut, nantinya akan digunakan oleh IFG untuk mendirikan perusahaan asuransi baru bernama IFG Life yang akan memiliki lini bisnis di sektor asuransi kesehatan, jiwa dan pengelolaan dana pensiun. IFG Life sendiri ditargetkan akan menjadi perusahaan asuransi terbesar lantaran memiliki target pemegang polis yang berasal dari ekosistem BUMN dan masyarakat umum.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai Desember, Ini 4 Skema Restrukturisasi Polis Jiwasraya