Telkom Raih Penghargaan The Best SOE in Nation Building

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) meraih penghargaan The Best State Owned Enterprise in Nation Building dalam CNBC Indonesia Award 2020.
Apresiasi dari CNBC Indonesia ini diterima secara langsung oleh Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Ardiansyah pada malam Penganugerahan CNBC Indonesia Award 2020 bertema "Menyongsong Bangkitnya Ekonomi Indonesia 2021" di Auditorium Menara Bank Mega Jakarta Selatan pada Kamis, (10/12/2020).
Dalam kajian dari Tim Riset CNBC Indonesia, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melesat 15% dalam sebulan terakhir, setelah perseroan mengganti nama dan mengukuhkan diri sebagai perusahaan beyond-telecomunication. "Mendigitalkan Indonesia" kini menjadi misi terpenting perseroan.
Semula, publik mengenal BUMN ini sebagai "PT Telekomunikasi Indonesia Tbk" (Telkom), yang secara tersurat menunjukkan fokus usahanya di bidang telekomunikasi. Sampai sekarang, perseroan memang menjadi pemain telekomunikasi terbesar nasional.
Lewat anak usahanya, Telkomsel, perusahaan pelat merah ini menguasai sekitar 60% pangsa pasar nasional dengan layanan suara, data maupun digital. Hingga Juni 2020, Telkomsel menjadi penyumbang utama pendapatan konsolidasi, dengan porsi 65,8%.
Dengan mengubah nama menjadi Telkom Indonesia melalui surat kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 13 November lalu, perseroan berusaha meninggalkan kesan sebagai perusahaan yang fokus pada telekomunikasi saja.
Pasalnya, perseroan memang sedang menggenjot bisnis digital yang saat ini menjadi kebutuhan utama pelaku usaha dan masyarakat di tengah gelombang Revolusi Industri 4.0. Bisnis digital di Telkomsel, misalnya, lompat 13,3% di tengah pandemi menjadi Rp 31,9 triliun (per Juni 2020).
Layanan digital tersebut menyumbang 72,5% dari pendapatan Telkomsel dan menjadi tulang punggung perseroan. Pasalnya, bisnis konvensional (layanan suara, pesan, dll) yang menyumbang 27,5% pendapatan Telkomsel justru anjlok 28,7% menjadi Rp 12,1 triliun.
Di bawah kepemimpinan Ririek Adriansyah sebagai Direktur Utama, Telkom secara konsolidasi mencetak pendapatan sebesar Rp 66,9 triliun, melemah 3,6% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 69,3 triliun. Namun laba bersih relatif terjaga yakni sebesar Rp 11 triliun, dari capaian Juni 2019 sebesar Rp 11,1 triliun.
Sebagai bagian dari upaya percepatan digitalisasi Indonesia, Telkom menjadi salah satu BUMN yang terlibat aktif dalam proyek Palapa Ring sebagai infrastuktur dasar layanan digital. Lewat Palapa Ring, pemerintah menargetkan jaringan serat optik sepanjang 12.000 kilometer (km) yang menghubungkan seluruh 514 ibukota kabupaten/kota di Indonesia.
Untuk mendukung program pemerintah tersebut, Telkom telah mengintegrasikan backbone serat optik di 457 Kabupaten/Kota miliknya dalam proyek tersebut, melalui skema Non-KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha). Ini menjadi legacy penting BUMN telekomunikasi tersebut bagi terbentuknya kesatuan bangsa dalam merengkuh peradaban digital.
Turut Mengawal Transparansi BBM
Telkom membagi bisnis digitalnya menjadi 3 domain. Pertama, konektivitas digital yakni Fiber to the x (FTTx), 5G, Software Defined Networking (SDN), Network Function Virtualization (NFV), dan Satelit. Kedua, layanan digital ke perusahaan dan pelanggan rumah tangga.
Ketiga, platform digital yang meliputi pusat data (data center), komputasi awan (cloud computing), internet segala-rupa (internet of things/IoT), data besar (big data), kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan keamanan siber (cybersecurity). Sejauh ini, bisnis digital yang dikembangkan melalui Telkomsel tumbuh dengan pesat.
Layanan digitalisasi terbaru Telkom diwujudkan dalam mendukung program transparansi penyaluran bahan bakar minyak (BBM). Bersama BPH Migas dan PT Pertamina, Telkom meluncurkan platform digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU).
Program ini ditujukan untuk mengawasi distribusi Jenis BBM Tertentu (JBT), yakni minyak tanah (kerosin) dan Solar, karena volume keduanya yang diverifikasi BPH Migas bakal menjadi dasar perhitungan pembayaran subsidi. Jika datanya salah, maka bakal ada kerugian negara.
"Kami sadar dari awal untuk menggunakan sistem yang bisa diandalkan dan dipercaya... Bisa diketahui daerah mana nomor polisinya yang membeli JBT dan bisa tahu SPBU yang melebihi kuota," tutur Anggota Komite BPH Loba Balia kepada pers (7/12/2020).
Dengan program tersebut, Pertamina bisa memantau stok dan penjualan BBM serta transaksi pembayaran di SPBU. Seluruh data tersebut dapat diakses secara langsung oleh Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, dan BPH Migas.
Dengan demikian, pengawasan penyaluran BBM jenis tertentu, termasuk BBM Penugasan Khusus yakni BBM bersubsidi seperti Bio Solar (B30) dan premium, bakal semakin kuat sehingga berpeluang menghapuskan kebocoran penyaluran BBM subsidi.
Selain itu, SPBU digital ini juga memudahkan masyarakat karena memiliki fasilitas pembayaran non tunai (cashless payment), pre-purchase (bayar dulu baru isi BBM), pencatatan kendaraan pembeli BBM subsidi, panduan peta ke SPBU terdekat, dan serta profiling konsumen Pertamina.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Telkom Raih The Best Digitalization Enabler Enterprise
