
Ada Vaksin Corona dari China, Kok Rupiah Terlemah Kedua Asia?

Ya, investor memang sedang terjebak di tengah sentimen positif dan negatif. Berita buruknya dulu, pandemi virus corona semakin 'menggila'.
Per 6 Desember 2020, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia mencapai 65.870.030 orang. Bertambah 605.211 orang (0,93%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Perkembangan ini membuat sejumlah negara memilih memperketat pembatasan sosial (social distancing). Di Kota San Francisco (AS), Wali Kota London Breed mengumumkan seluruh restoran tidak boleh melayani makan-minum di tempat, kemudian beberapa lokasi wisata seperti taman bermain, kebun binatang, dan akuarium ditutup untuk sementara.
"Kita sudah melihat kota, negara bagian, bahkan seluruh negeri sudah dikuasai oleh virus. Jika Anda tidak melakukan antisipasi, maka Anda akan tertinggal dengan sangat cepat," tegas Breed, seperti dikutip dari Reuters.
Ketika semakin banyak wilayah di Negeri Adikuasa yang memperketat social distancing, prospek ekonomi bakal meredup. Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam lam GDPNow memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh 11,2% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized) pada kuartal IV-2020. Impresif memang, tetapi jauh lebih lambat ketimbang kuartal sebelumnya yang di atas 30%.
Salah satu dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah penurunan penciptaan lapangan kerja. Pada November 2020, perekonomian AS menciptakan 245.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll), jauh berkurang ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai 610.000.
"Pemulihan ekonomi tertahan, dan masih amat rentan. Musim dingin dan lonjakan kasus baru bisa memukul ekonomi sampai jatuh sebelum pulih kembali setelah kehadiran vaksin dan stimulus dari Washington," kata Sun Won Sohn, Profesor di Loyola Marymount University di Los Angeles, sepert diberitakan Reuters.
