Keren Nih! Batu Bara Sentuh US$ 75/Ton, Cuan ITMG Sampai 80%

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 December 2020 07:11
Bongkar Muat Batu bara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara.
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures batu bara termal Newcastle telah pulih dari kontraksi yang terjadi pada awal April lalu. Reli tak terbendung sejak pertengahan Oktober telah membawa harga si batu legam mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun ini.

Minggu lalu harga kontrak futures yang aktif diperdagangkan ini ditutup melesat 2% ke US$ 75,8/ton. Dalam sepekan harga batu bara naik 8,99%. Sejak 13 Oktober sampai akhir minggu lalu harga melesat 41,29%. Secara year to date (ytd) harga batu bara naik 9,78%.

Sentimen positif vaksin yang membuat risk appetite investor kembali dan perbaikan fundamental di pasar energi pembangkit listrik serta sektor manufaktur telah membuat permintaan terhadap batu bara meningkat.

Australia sebagai salah satu negara eksportir energi fosil ini mencatatkan kenaikan ekspor di bulan Oktober. Pengiriman ke China, India dan Korea Selatan mengalami peningkatan sehingga total ekspor bulan Oktober mencapai 17,24 juta ton atau naik 12,03% dari bulan sebelumnya. Namun masih terkontraksi 8% dibanding tahun lalu.

Ekspor batu bara termal Australia ke China tercatat sebanyak 1,73 juta ton pada Oktober lalu. Volume ekspor ke China meningkat lebih dari 30% dibanding bulan September.

Sementara itu ekspor ke Jepang juga meningkat 9,43% di bulan yang sama menjadi 6,13 juta ton. Kenaikan permintaan paling tinggi terjadi di Korea Selatan dan Vietnam dengan kenaikan volume ekspor secara bulanan masing-masing mencapai 46% dan 63%.

Sepanjang Januari-Oktober total ekspor batu bara termal Australia mencapai 174,98 juta ton. Volume ini menurun 2,92% dibanding periode yang sama tahun lalu. Untuk periode 10 bulan pertama tahun ini India dan Vietnam mencatatkan kenaikan yang signifikan.

Namun Jepang tetap mendominasi dari segi volume. Pada periode tersebut NegeriSakura mengimpor hampir 60 juta ton batu bara termal dari Australia.

Biro statistik nasional Australia melaporkan pendapatan ekspor batu bara termal di bulan Oktober mencapai AU$1.24 miliar naik dari AU$1.08 miliar di bulan September tetapi masih lebih rendah dari AU$ 1.75 di bulan Oktober 2019.

Impor batu bara termal China dari Australia justru drop hingga 18,5% sepanjang 10 bulan pertama tahun ini. Retaknya hubungan bilateral Canberra-Beijing ditengarai menjadi pemicu utama rendahnya pengiriman batu bara termal Negeri Kanguru ke Negeri Panda.

Meskipun China disebut memboikot produk impor batu bara dari Australia, beredar rumor Negeri Tirai Bambu masih menerima pengiriman batu bara dari Australia melalui kapal tanker.

Bloomberg melaporkan kargo dengan muatan seberat 135.000 ton batu bara termal Australia di kapal Alpha Era, yang telah menunggu sejak akhir Mei untuk dibongkar di pelabuhan Fangchenggang di China selatan, diperkirakan akan diloloskan bea cukai dan menuju pengguna lokal, menurut sumber yang familiar dengan hal tersebut.

Tidak jelas mengapa kargo tersebut diharapkan melewati bea cukai, kata orang tersebut. Menurut sumber, seperti dilansir dari Bloomberg, bea cukai tidak menjelaskan mengapa mereka memproses kargo.

Meskipun masih belum jelas mengapa pengecualian tampaknya telah dibuat untuk kargo Era Alpha, pengiriman tersebut memang sampai di Fangchenggang pada akhir Mei. Itu sekitar lima bulan sebelum pejabat China secara lisan memerintahkan para importir untuk berhenti membeli batu bara Australia.

Dua kapal lainnya, Dong-A Eos dan Dong-A Astrea, baru-baru ini menyelesaikan pembongkaran batu bara Australia di pelabuhan Jingtang, sementara kapal ketiga, Dong-A Oknos, sedang dalam proses mengacu pada perusahaan intelijen data Kpler. Tidak jelas apakah kargo itu juga akan diloloskan oleh bea cukai.

Kapal-kapal itu merupakan bagian dari 50 armada kapal yang telah menunggu setidaknya sebulan untuk menurunkan muatan batu baranya dari Australia, menurut analisis terpisah dari data pengiriman yang dilakukan oleh Bloomberg dan Kpler bulan lalu.

Pasokan batu bara China telah terbatas dalam beberapa pekan terakhir di tengah pemeriksaan keamanan di tambang domestik dan wabah Covid-19 yang memperlambat pengiriman truk dari Mongolia.

Ketatnya pasokan batu bara di China memang membuat harga batu baranya melonjak tinggi. Harga batu bara domestik China Qinhuangdao dengan nilai kalori 5.500 Kcal/Kg terus mengalami kenaikan bahkan sudah melampaui batas atas yang ditetapkan oleh pemerintah China di RMB 500 - 570/ton atau yang disebut sebagai zona hijau.

Data Refinitiv menunjukkan harga batu bara lokal China sudah menyentuh level RMB 620/ton pekan lalu atau jika dinyatakan dalam greenback mencapai hampir US$ 95/ton. Harga batu bara termal impor jauh lebih murah meski sudah melesat tinggi sejak pertengahan Oktober.

Hal ini membuat banyak pihak terutama para pelaku pasar berspekulasi bahwa China akan melonggarkan kebijakan kuota impornya.

"Kecepatan kenaikan harga batu bara domestik di China sampai batas tertentu akan menentukan seberapa cepat kita dapat mengharapkan lebih banyak pengiriman batu bara Australia akan dibongkar," kata Monica Zhu, analis curah kering di Kpler kepada Bloomberg.

Retaknya hubungan Canberra-Beijing tidak terlepas dari larangan Australia kepada Huawei Technologies Co. untuk membangun jaringan 5G Australia pada tahun 2018. Ketegangan semakin memuncak ketika Australia mendukung langkah investigasi atas asal muasal virus Corona yang membuat China geram dan memboikot produk barley Negeri Kanguru.

"Ketegangan perdagangan China-Australia akan segera mencapai puncaknya, kami yakin karena mereka telah menaikkan harga komoditas global utama kepada konsumen China," kata analis senior Bloomberg Intelligence Daniel Kang dalam sebuah catatan Kamis.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menetapkan harga batu bara acuan (HBA) pada Desember 2020 naik menjadi US$ 59,65 per ton dari US$ 55,71 per ton pada November 2020.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengungkapkan, penyebab kenaikan harga komoditas batu bara Indonesia tak lepas dari meningkatnya permintaan pasar global.

"Jepang, Korea Selatan dan India sedang gencar-gencarnya melakukan impor batubara dari Indonesia guna memenuhi kebutuhan industri domestik mereka. Ini menandakan pulihnya industri di negara-negara tersebut," kata Agung seperti dikutip dari keterangan resmi kementerian, Rabu (02/12/2020).

Faktor lain yang turut memicu penguatan HBA adalah adanya penandatanganan kesepakatan peningkatan kesepakatan ekspor batu bara Indonesia ke Tiongkok.

"Dua penyebab tadi turut memperkuat sentimen positif terhadap kenaikan harga batu bara," tegas Agung.

Dalam tiga bulan terakhir pergerakan HBA terus merangkak naik setelah hampir sepanjang tahun mengalami kelesuan dan kontraksi yang luar biasa akibat pandemi Covid-19. Tercatat pada Oktober 2020 harga batu bara di angka US$ 51 per ton, naik dari bulan sebelumnya, September yang hanya menyentuh angka US$ 49,42 per ton.

"Secara menyeluruh, rata-rata HBA pada 2020 yaitu US$ 58,17 per ton," ujarnya.

Kenaikan harga batu bara termal Newcastle dan HBA sejak Oktober hingga deal penjualan batu bara RI ke China juga membuat harga saham-saham emiten tambang batu bara Tanah Air melesat.

Cuan dari tiga saham batu bara nasional yang masuk sebagai konstituen indeks LQ45 yakni PT Adaro Energi Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indo Tambangraya Megah tbk (ITMG) bahkan mencapai digit ganda atau lebih dari 10% sejak pertengahan Oktober. 

Capital gain yang dicatatkan dari emiten tambang milik Garibaldi (Boy) Thohir yakni ADRO mencapai nyaris 25%. Sementara cuan dari emiten tambang batu bara pelat merah yakni PTBA tercatat mencapai 22,17% di saat yang sama.

Pemimpin kenaikan harga saham batu bara paling fantastis di antara ketiganya jatuh kepada ITMG yang sahamnya dikuasai oleh raksasa tambang dan energi Thailand yakni Banpu. ITMG berhasil mencatatkan kenaikan kapitalisasi pasarnya hingga 82,3% sejak 13 Oktober 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular