
Babak Belur di Asia, Dolar AS Juga Remuk di Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) tertekan pada perdagangan Kamis (3/12/2020). Mayoritas mata uang utama Asia menguat hari ini, sayangnya rupiah tidak "ikut" dalam pesta tersebut. Mata uang Garuda justru melemah tipis 0,07% di Rp 14.100/US$.
Won Korea Selatan menjadi mata uang terbaik di Asia dengan penguatan 0,61% melawan dolar AS.
Beralih ke Eropa, euro hari ini menyentuh level terkuat dalam lebih dari 2 tahun terakhir di US$ 1,2139 atau menguat 0,2% siang tadi, sebelum nyaris stagnan di kisaran US$ 1,2120 sore ini. Sementara poundsterling melesat 0,39% di US$ 1,3412, dan franc Swiss menguat tipis 0,07% di 0,8935/US$.
Babak baru stimulus di AS kini muncul lagi yang membuat dolar AS tertekan.
Dalam keterangan tertulis, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk kongres) Nancy Pelosi mengatakan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan mengkaji proposal yang diajukan kubu Partai Demokrat. Salah satunya adalah pemberian vaksin anti-virus corona harus gratis dan bisa dinikmati oleh siapa saja.
Selain itu, Pelosi dan Pemimpin Partai Minoritas di Senat, Chuck Schumer mendukung paket stimulus fiskal jumbo senilai US$ 908 miliar. Ini siap digolkan oleh kedua partai politik mayoritas di AS untuk menyokong bisnis kecil dan pengangguran di AS
Keputusan stimulus harus cepat, karena tenggat waktu pengesahan anggaran tahun fiskal 2021 adalah 11 Desember 2020.
Selain itu, The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis 17 Desember dini hari WIB. Ada peluang The Fed akan menambah stimulus moneternya dengan meningkatkan nilai QE.
Stimulus fiskal dan moneter tersebut membuat jumlah uang beredar, secara teori bertambahnya jumlah uang beredar membuat nilai tukar melemah. Dan kenyataanya dolar AS memang terus merosot. Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam, terus merosot hingga ke level terendah sejak April 2018.
Perkembangan vaksin virus corona semakin membuat dolar AS tak menarik. Perusahaan farmasi asal AS, Pfizier dan Moderna melaporkan vaksin buatannya sukses menanggulangi virus corona hingga lebih dari 90%.
Selain perusahaan di AS, perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca, juga mengumumkan vaksinnya sukses menanggulangi virus corona hingga 90% tanpa efek samping yang serius.
Pfizer telah resmi mengajukan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) terhadap vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang mereka kembangkan kepada otoritas pengawas obat dan makanan AS (US FDA). Ini adalah proposal izin EUA pertama yang diajukan ke FDA.
Selain itu, Pfizer dikabarkan sudah mendapatkan ijin dari pemerintahan Britania Raya untuk penggunaan darurat bagi vaksin Pfizer dan partnernya BioNTec Sedangkan ijin dari pemerintahan AS akan datang sebentar lagi, bahkan banyak yang beranggapan bahwa vaksin Pfizer akan disetujui untuk penggunaan darurat sebelum tahun 2021.
Citigroup memprediksi di tahun 2021, ketika vaksin virus corona didistribusikan dan perekonomian global mulai bangkit, maka dolar AS akan ambrol 20%.
"Kami percaya distribusi vaksin akan memenuhi semua tanda-tanda periode penurunan (bear market), dolar AS akan mengikuti pola sama yang terjadi pada pertengahan 2.000an, ketika memulai tren melemah yang berlangsung selama bertahun-tahun," kata ahli strategi Citigroup dalam sebuah laporan yang dikutip Bloomberg beberapa pekan lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS