
Sentuh Rp 10.470, Dolar Singapura di Level Tinggi 1 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat lagi melawan dolar Rupiah pada perdagangan Rabu (2/12/2020), hingga mencapai level tertinggi dalam 1 bulan terakhir.
Pagi tadi, Mata Uang Negeri Merlion ini menguat 0,23% ke Rp 10.469,01/SG$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan level tertinggi sejak 6 November lalu.
Rupiah masih belum mampu bangkit meski banyak kabar bagus dari dalam negeri. Kemarin, dolar Singapura juga berhasil menguat 0,42% melawan rupiah, padahal ada kabar bagus dari dalam negeri.
IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 50,6 pada November 2020. Naik hampir tiga poin dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang sebesar 47,8.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Kalau di atas 50, artinya dunia usaha memasuki fase ekspansi.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada November 2020 terjadi inflasi 0,28% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Ini membuat inflasi tahun kalender Januari-November 2020 (year-to-date/YtD) menjadi 1,23% dan inflasi tahunan (year-on-year/YoY) di 1,59%.
Realisasi ini tidak berbeda jauh dengan perkiraan pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,195% MtM dan 1,53% YoY.
Dua data tersebut menandakan roda bisnis mulai berputar kembali, dan pemulihan ekonomi Indonesia sedang berjalan.
Pelaku pasar sepertinya masih berhati-hati, sebab hari Minggu lalu penambahan kasus penyakit virus corona (Covid-19) mencatat rekor tertinggi. Di khawatirkan, jika penyebaran virus corona kembali tak terkendali maka Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ketat akan kembali diterapkan.
Di sisi lain, dolar Singapura cukup perkasa, sebab perekonomiannya diprediksi bangkit tahun depan dan kemerosotan ekonomi tahun ini tidak seburuk prediksi sebelumnya, setelah berhasil meredam penyebaran virus corona.
Kementerian Industri dan Perdagangan Singapura awal pekan lalu merevisi pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2020. Sebelumnya PDB dilaporkan mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 7% YoY, kini direvisi menjadi negatif 4,8% YoY.
Meski masih mengalami resesi, tetapi kontraksi ekonomi yang dialami jauh membaik ketimbang kuartal II-2020 negatif 13,3% YoY.
Secara kuartalan, PDB periode Juli-September tumbuh 9,2% dibandingkan kuartal II-2020.
Kementerian tersebut juga merevisi target PDB tahun ini, dari sebelumnya kontraksi 5%-7% menjadi 6%-6,5%. Sementara tahun depan, PDB diprediksi tumbuh antara 4% hingga 6%.
"Pemulihan ekonomi tahun depan diperkirakan akan bertahap, dan tergantung dari bagaimana kinerja perekonomian dunia, serta apakah Singapura mampu tetap mengontrol penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19)," kata kementerian tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
