Bank Seret Salurkan Kredit, RI Resesi Lagi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 November 2020 11:22
Penarikan Uang ATM
Ilustrasi ATM (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada kabar yang kurang sedap datang dari Bank Indonesia (BI). MH Thamrin melaporkan, penyaluran kredit perbankan kembali mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif.

Pada Oktober 2020, penyaluran kredit perbankan tercatat Rp 5.484,9 triliun. Turun 0,9% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Penyaluran kredit perbankan sudah tumbuh negatif dalam dua bulan beruntun. Pada September 2020, pertumbuhan penyaluran kredit adalah -0,4% YoY.

Penyebab kontraksi penyaluran kredit adalah penyaluran ke korporasi. Pada Oktober 2020, penyaluran kredit ke perusahaan adalah Rp 2.717 triliun, turun 1,6% YoY. Lebih dalam ketimbang kontraksi pada bulan sebelumnya yaitu 0,7% YoY.

Jebloknya penyaluran utang ke perusahaan terlihat dari kinerja Kredit Modal Kerja (KMK). Pada Oktober 2020, penyaluran KMK tercatat Rp 2.453 triliun, terkontraksi 2,7% YoY. Sementara Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) masih tumbuh masing-masing 1,4% dan 0,1% meski melambat dibandingkan September 2020.

Jenis Kredit

Penyaluran Sep 2020 (Rp Triliun)

Penyaluran Okt 2020 (Rp Triliun)

Pertumbuhan Sep 2020 (%YoY)

Pertumbuhan Sep 2020 (%YoY)

Kredit Modal Kerja

2.473.3

2.453

(3,1)

(2,7)

Kredit Investasi

1.463.4

1.440.7

3,4

1,4

Kredit Konsumsi

1.592.7

1.591,1

0,8

0,1

Sumber: BI

Sementara di sisi suku bunga, rata-rata bunga kredit perbankan masih dalam tren turun. Pada Oktober 2020, rata-rata tertimbang suku bunga kredit ada di 9,8%, turun 5 basis poin (bps) dibandingkan bulan sebelumnya.

Perbankan adalah urat nadi perekonomian. Mayoritas pendanaan ekonomi datang dari perbankan, bank adalah urat nadi yang menyaluran 'darah' bagi aktivitas ekonomi.

Kini, aliran 'darah' itu seret. Ibarat manusia yang kekurangan darah, tubuh jadi lemah-letih-lesu. Begitu pula ekonomi, seretnya penyaluran kredit membuat laju perekonomian jadi lemas.

Oleh karena itu, sepertinya agak sulit bagi Indonesia untuk membukukan pertumbuhan ekonomi positif pada kuartal IV-2020. Artinya, Indonesia masih belum bisa lepas dari jerat resesi.

"Ekonomi kuartal IV-2020 memang akan terdorong oleh puncak realisasi anggaran pemerintah, libur akhir tahun, dan perbaikan ekspor. Namun konsumsi masyarakat masih lemah, sehingga sepertinya ekonomi masih akan tumbuh negatif," sebut Helmi Arman, Ekonom Citi, dalam risetnya.

Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, memperkirakan PDB kuartal IV-2020 akan tumbuh -1,75%. Ini akan membuat pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 menjadi -1,96%.

"Resesi sepertinya masih akan bertahan satu kuartal lagi. Konsumsi rumah tangga masih lemah sehingga mempengaruhi PDB (Produk Domestik Bruto) secara keseluruhan. Kami memperkirakan inflasi domestik akan tetap rendah di 1,1% sepanjang 2020.

growthSumber: Mirae Asset

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular