Round Up

Pada Susah Bayar Cicilan, Lelang Mobil Tarikan Leasing Ramai!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
29 November 2020 08:15
Penjualan Mobil Bekasi di WTC Mangga Dua (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi penjualan mobil bekas di WTC Mangga Dua (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - PandemiĀ Covid-19 telah berdampak kepada penurunan masyarakat daya beli. Hal itu berimbas kepada sektor pembiayaan kendaraan. Sebab, tidak sedikit debitur yang harus kesulitan membayar cicilan. UnitĀ kendaraan yang sudah dibeli pun harus kembali ditarik leasing.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno tidak mengelak ketika disebut banyak masyarakat yang kesulitan membayar cicilan.

"Sekarang mau narik nggak mudah. Paling secara persuasif ditawarkan, daripada dia juga nggak bisa bayar. Mungkin semacam kompensasi ditawarkan dari pada dia harus rawat kendaraan kan mahal, misal mobil nggak keluar taruh di rumah terus, kan perlu beli aki. Aki juga kan nggak murah. Dalam restrukturisasi selain menunda pembayaran pokok, hanya bayar bunga, misal mengembalikan kendaraan dengan semacam kompensasi. Macam-macamlah," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (27/11/2020).

Mengenai kompensasi yang diberi kepada debitur memang perlu dibicarakan secara teknis. Banyak pertimbangan yang dinilai, mulai dari lamanya pemakaian, kondisi kendaraan hingga jarak tempuh yang dicapai. Namun, jangan harap debitur bisa mendapatkan utuh sesuai yang diberikan sejak awal.

"Kompensasi bukan uang yang disetor dong. Selayaknya aja, bukan artinya kembalikan uang muka, uang setor. Sekarang kita perlu pakai konsep kaya sewa kendaraan aja. Kalau nyewa kan mesti bayar," ujar Suwandi.

Untuk itu, ada perhitungan yang pas agar unit kendaraan itu bisa kembali ke leasing sementara konsumen tidak dirugikan. Namun memang perlu diakui bahwa dinamika di lapangan begitu kompleks.

"Ada juga yang ditarik karena kendaraan udah di pihak ketiga, banyak itu. Sebenernya melanggar aturan juga. Menjual ke orang ketiga sementara dia masih kredit kan nggak boleh, pelanggaran. Masyarakat kita banyak yang menjalankan itu praktek jual menggadaikan," kata Suwandi.

Berbagai dinamika di lapangan tersebut harus dihadapi perusahaan leasing. Jika sudah mengalami wanprestasi, maka perlu dicari solusi agar tidak merugikan kedua belah pihak, termasuk jika nantinya kendaraan tersebut harus ditarik leasing.

Ketika sudah ditarik, maka sebagian unit tersebut akhirnya masuk ke dalam balai lelang. Perusahaan leasing memilih untuk mengirimkan ke tempat tersebut karena merasa masalahnya bakal cepat selesai, sehingga bisa mendapatkan uangnya kembali.



Ketua Persatuan Balai Lelang Indonesia (PERBALI) Daddy Doxa Manurung mengungkapkan unit kendaraan yang masuk balai lelang memang tetap ada, namun angkanya tidak jauh berbeda dibanding waktu normal.

"Kita nggak terpaku tarikan multifinance. karena kita ada sister company Trac Astra sewa mobil. Dia punya 30 ribu setahun. Kalau siklus 4 tahun maka setahun 7 ribu sampai 8 ribu masuk ke IBID (Balai Lelang Serasi) semua," kata Presiden Direktur IBID itu.

Angka sebesar itu baru berasal dari internal perseroan. Jika ditambah unit kendaraan dari tarikan leasing, maka jumlahnya akan makin besar lagi. Doxa menyebut perusahaan dengan angka unit kendaraannya besar bakal menunjuk balai lelang karena cepat laku terjual.

"Kenapa perusahaan multifinance, atau perusahaan rental yang punya volume besar ke balai lelang, karena cepet. Kita jualan masal. Kalau simpan showroom jualnya lebih bagus harganya tinggi tapi selesainya kapan. Multifinance juga perlu uang untuk cashflow," ujar Doxa.

Banyaknya unit yang masuk ke dalam balai lelang membuat masyarakat memiliki pilihan lebih banyak dalam memilih mobil. Uniknya, saat ini ada pergeseran tren di mana sebagian masyarakat kelas menengah lebih memilih untuk mencari kendaraan murah, asalkan bisa bepergian.

Tidak tanggung-tanggung, ada juga yang sengaja ingin mendapatkan selisih margin dari aset yang dimiliki. Caranya dengan menjual aset tersebut lalu membeli aset serupa dengan harga yang jauh berada di bawahnya. Misalnya dalam hal kendaraan.

"Di beberapa showroom itu ada costumer yang jual mobil kelasnya high, misal dia punya CRV, dia jual. Kemudian beli yang LCGC (low cost green car) untuk sekedar dapat saving," katanya.

Adapun harga Honda CRV bekas tahun anyar masih di harga kisaran Rp 300 juta hingga Rp 400 juta. Jika kemudian Ia membeli LCGC yang harganya berada di bawah Rp. 100 juta, maka ada potensi ratusan juta yang disimpan. Di sisi lain, Ia tetap bisa menjaga mobilitasnya dengan tetap memiliki kendaraan.

"Orang ini sekarang mau saving, tapi juga mau mobilitas. Jadi dia cari mobil untuk kepentingan pribadi dibanding naik public transport. Kalau sekarang mending saya cari bekas aja daripada baru, apalagi gap harganya jauh. Dua bulan ini stok mobil baru berkurang karena produksinya. Akhirnya orang cari mobil seken, yang penting saya bisa mobilitaslah," kata Doxa.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Ukraina Bikin Kacau, Harga Mobil Baru Bisa 'Lompat'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular