Nggak Ada Matinya! Sudah 9 Minggu Perkasa, Rupiah Tetap Jaya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 November 2020 09:15
Ilusttrasi Uang
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Tren pelemahan dolar AS yang masih saja berlangsung membuat rupiah bertahan di jalur hijau.

Pada Senin (30/1/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.060 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sepanjang minggu kemarin, rupiah menguat 0,57% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Rupiah jadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari won Korea Selatan.

Rupiah memang sangat perkasa akhir-akhir ini. Mata uang Ibu Pertiwi tidak pernah melemah selama sembilan pekan berturut-turut. Rinciannya, rupiah menguat delapan pekan dan hanya stagnan sepekan.

Pelemahan mingguan rupiah kali terakhir terjadi pada pekan ketiga September. Kala itu, rupiah masih di kisaran Rp 14.800/US$. Akhir pekan lalu, rupiah sudah di bawah Rp 14.100/US$.

Rupiah berhasil memanfaatkan dolar AS yang masih 'teraniaya'. Pada pukul 07:21 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,06%.

Sejak awal November, Dollar Index sudah anjlok 2,44%. Sementara sejak awal kuartal IV-2020, koreksinya mencapai 2,29%.

"Sudah banyak yang mengatakan bahwa dolar AS masih akan mengalami tekanan jual sampai Senin depan. Aksi jual terhadap dolar AS terjadi setiap hari di London sepanjang pekan ini," kata Erik Bregar, Head of FX Strategy di Exchange Bank of Canada yang berbasis di Toronto akhir pekan lalu, sepeti dikutip dari Reuters.

Terpilihnya Joseph 'Joe' Biden, kehadiran vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang semakin dekat, hingga perkiraan suku bunga ultra-rendah di AS yang bertahan dalam hitungan tahun menjadi penyebab kelesuan mata uang Negeri Adidaya. Ke depan, pelemahan dolar sepertinya masih akan terjadi seiring peningkatan minat pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko.

"Dalam jangka panjang, sepertinya trennya akan seperti itu. Kami memperkirakan masih ada ruang bagi dolar AS untuk menjalani tren pelemahan (downside trend)," ujar Bipan Rai, North America Head of FX Strategy di CIBC Capital Markets, sepert dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular