
Kuy Siap-siap! Minggu Depan Kayaknya Bakal Sibuk

Kemudian dari sisi rilis data, ada beberapa yang patut menjadi perhatian. Pertama adalah rilis data aktivitas ekonomi yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) baik manufaktur maupun jasa periode November 2020.
PMI adalah salah satu indikator permulaan (leading indicator) yang berguna untuk meneropong arah perekonomian ke depan. Apakah ekspansif, atau kontraktif?
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di atas 50 artinya ada ekspansi sementara di bawah 50 berarti kontraksi.
Sayangnya PMI manufaktur Indonesa sampai bulan lalu masih kontraksi. Dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), semoga bisa menembus zona ekspansi pada November 2020.
Kemudian pada 1 Desember 2020 akan diumumkan data inflasi nasional oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi secara bulanan (month-to-month/MtM) sebesar 0,215%. Kemudian inflasi tahunan (year-on-year/YoY) 1,53% dan inflasi inti YoY di 1,72%.
Secara bulanan, inflasi Indonesia memang semakin terakselerasi. Namun secara tahunan, apalagi inflasi inti, masih terjadi perlambatan. Artinya, pergerakan harga masih belum pulih, permintaan belum kembali ke level pra-pandemi.
Ini menandakan daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya. PSBB yang membuat roda ekonomi berputar seret berdampak kepada penurunan pendapatan masyarakat, yang kemudian menyebabkan perlambatan permintaan sehingga tekanan harga menjadi minimal.
